Search
Close this search box.

[Resensi] God in Pink

 

Judul                     : God in Pink

Penulis                 : Hasan Namir

Penerbit              : Arsenal Pulp Press, 2015

 

SuaraKita.org – Ramy adalah pemuda Irak, seorang mahasiswa gay yatim piatu yang masih belum melela. Ramy tinggal bersama abang dan kakak iparnya dengan pengawasan ketat.  Kedua kakaknya  menekan Ramy  untuk mencari istri dan membuat Ramy harus menderita karena orientasi seksualnya. Ramy berjuang untuk menemukan keseimbangan antara seksualitas, agama, dan budaya.

Ramy perlu berbicara dengan seseorang, untuk terbuka tentang seksualitasnya, tapi Ramy tidak  memiliki tempat untuk bercerita. Dalam keputusasaan, Ramy berkonsultasi dengan  Ammar, seorang syekh melalui sebuah surat. Ramy  bertanya tentang bagaimana agar dia bisa terus menjadi seorang Muslim yang taat namun tetap  berhubungan dengan pria yang dicintainya. Surat ini juga menimbulkan tekanan pada Ammar, dimana dia mengutuk homoseksualitas dibawah bayang bayang ajaran dari para tetua. Ajaran yang menginterpretasikan Al-Qur’an secara tegas dan tak terbantahkan. Dilema yang dialami  Ramy dan ajaran Al-Qur’an menggiring  Ammar untuk mempertanyakan keyakinannya sendiri.

God in Pink sebuah novel gay fiksi dengan latar belakang perang Irak tahun 2003 yang menceritakan tentang pergulatan dua warga Baghdad  Ramy dan Ammar dalam mencari jawaban atas pertanyaan besar di benak mereka. Buku ini ditulis oleh Hasan Namir, seorang penulis berkebangsaan Irak yang sekarang menetap di Kanada, terinspirasi dari sebagian cerita hidupnya sebagai warga Irak yang akibat perang harus mengungsi. Buku ini memenangkan penghargaan Lambda Literary Award sebagai Karya Fiksi Gay di acara Lambda Literary Award ke-28.

God in Pink mengajak kita untuk merefleksikan aturan-aturan yang selama ini  kita paksakan satu sama lain. Kita semua berasal dari latar belakang yang berbeda,  namun sebagai manusia kita berhak mendapatkan pengakuan dan  kesetaraan. Novel ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk mencapai kesetaraan dan rasa saling menghargai terhadap sesama manusia. (Radi Arya Wangsareja)