Search
Close this search box.

Ketika Profesionalisme Ditentukan oleh Orientasi Seksual dan Identitas Genderku

Oleh: Isti Toq’ah*

Sayangnya, Belum Ada yang Berubah
Pada 2015, aku membaca sebuah artikel yang menjelaskan tentang survei terkait perlindungan pekerja LGBT Indonesia di situs web Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada.  Sangat bisa ditebak, isinya sama saja dengan yang kubaca beberapa hari terakhir di media-media lain. Ya, sama saja menyedihkan. Para pekerja yang memiliki orientasi seksual sebagai lesbian, gay, biseksual, dan  transgender (LGBT) tidak memiliki pilihan yang tepat. Mereka harus terus sendiri atau dipaksa mengikuti arus utama, yaitu heteroseksual.

Ada pula beberapa contoh langka dalam lingkup teman-teman LGBT. Mereka yang memiliki latar belakang pendidikan dan profesional cukup tinggi, dengan segala perjuangannya mampu menciptakan ruang dan peluangnya sendiri. Mereka mampu menemukan pekerjaan yang diimpikan, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan bagi sesama teman LGBT atau bagi teman-teman heteroseksual juga.

Sedihnya, cerita yang berkebalikan juga sudah bisa ditebak. Di antara teman-teman yang tidak banyak mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi, mereka memiliki ruang yang sangat sempit dan terbatas untuk mengekspresikan diri mereka. Itulah sebabnya, banyak dari mereka ini harus merahasiakan jati diri jika hidupnya tidak mau bertambah runyam dan lebam agar tetap  bisa mencari sesuap nasi.

Apakah Deflasi Lebih Menyusahkan Daripada Inflasi?
Secara singkat, deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Deflasi berarti penurunan harga secara  umum. Sedangkan inflasi adalah kenaikan harga. Mengutip Deputi Bidang Ekonomi Kementerian  PPN/Bappenas, Amalia Adiniggar Widyasanti menjelaskan perbandingan 2024 dan 1999. Setahun setelah  reformasi, terjadi deflasi beruntun akibat adanya penurunan harga beberapa barang setelah adanya inflasi  yang sangat tinggi setahun sebelumnya yang disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah. Kemudian  deflasi terjadi setelah harga-harga barang berusaha mengembalikan keseimbangannya. Hal ini juga terjadi  pada krisis ekonomi global pada 2008-2009 yang ditandai dengan menurunnya harga minyak dunia dan  barang domestik yang kurang diminati konsumen. Masa COVID-19 khususnya awal pandemik ada empat jenis pengeluaran yang mengalami penurunan daya beli: 1) makanan, minuman, dan tembakau; 2)  pakaian dan alas kaki; 3) transportasi; dan 4) informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Walaupun terdengar seperti bukan suatu masalah, tetapi kenyataannya deflasi bisa disebut sebagai  red flag, khususnya bagi para pencari kerja dan pekerja kelas menengah yang banyak mengalami  PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Kalau sudah begini, teman-teman kelompok LGBT makin menjadi rentan dan terjebak dalam ketidakadilan ekonomi.

Salah seorang teman yang meminta disamarkan namanya, bercerita bahwa meskipun ia telah menyelesaikan S2 di salah satu kampus ternama  di Eropa dengan beasiswa penuh dari pemerintah negara tersebut, ia masih saja kesulitan mencari  pekerjaan karena identitas gendernya sebagai seorang queer. “Ketika wawancara, aku merasakan bahwa  pertanyaan mereka banyak yang tidak relevan dengan kualifikasiku. Mereka lebih fokus pada identitas dan bagaimana aku tampil daripada kemampuanku untuk bekerja,” katanya. Padahal, ia telah melahirkan banyak karya dan menjadi pembicara serta trainer di banyak kegiatan besar berskala komunitas, nasional, dan  internasional.

Kesimpulan
Meskipun hukum ketenagakerjaan di Indonesia mengamanatkan untuk mengikuti prinsip anti  diskriminasi, tetapi penerapannya masih jauh dari ideal di dunia nyata. Banyak perusahaan  dan organisasi yang secara halus maupun terang-terangan menolak kandidat dari kelompok minoritas gender walaupun mereka memiliki kualifikasi yang luar biasa mumpuni. Itulah sebabnya, desakan pembuatan Rancangan Undang-Undang (RUU) Anti Diskriminasi perlu makin digiatkan.

 

Referensi
Intan, G. (2023, August 25). Kelompok Rentan Desak Pemerintah buat UU anti Diskriminasi. VOA  Indonesia. https://www.voaindonesia.com/a/kelompok-rentan-desak-pemerintah-buat-uu-anti diskriminasi/7241074.html

KOMPAS.com. (2024, October 1). Deflasi 5 Bulan Beruntun Hampir Samai Krisis 1999, BPS Ungkap  Penyebabnya. https://money.kompas.com/read/2024/10/01/162600626/deflasi-5-bulan beruntun-hampir-samai-krisis-1999-bps-ungkap-penyebabnya?page=all#page2

Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada. (2015, May 4). [Media archives]  Survei UGM: Pemerintah Belum Lindungi Pekerja LGBT. https://cpps.ugm.ac.id/media-archives survei-ugm-pemerintah-belum-lindungi-pekerja-lgbt/

 

*Isti berasal dari Balikpapan, Kaltim, namun kini berdomisili di sekitar Jakarta Selatan. Ia aktif di beberapa media sosial terutama instagram: @buildingpeace dan LinkedIn: Isti Toq’ah.