Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Lelaki gay dan biseksual percaya bahwa lelaki yang mereka anggap ‘menarik secara fisik’ lebih kecil kemungkinannya positif HIV atau memiliki IMS lain. Karena itu, mereka juga cenderung tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks dengannya.

Itulah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di University of Maryland di Amerika. Hasilnya dimuat dalam Journal of Sex Research.

Mengingat popularitas aplikasi kencan, peneliti mengatakan bahwa mengeksplorasi daya tarik fisik merupakan hal yang menarik bagi mereka. Banyak lelaki sekarang beralih ke aplikasi seperti Grindr untuk menemukan pasangan seksual. Penilaian tentang orang lain dibuat murni berdasarkan foto. Penelitian lain menemukan bahwa kita kurang mungkin membahas kesehatan seksual melalui aplikasi.

Penelitian ini melibatkan 197 lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki di Amerika Serikat. Tidak ada yang memiliki hubungan monogami dan semuanya menggunakan aplikasi untuk bertemu lelaki lain.

Dalam penelitian, mereka ditunjukkan klip video dari lelaki lain dalam skenario non-seksual dan seksual.

Setiap lelaki ditunjukkan klip lelaki berparas menarik dan klip lelaki berparas kurang menarik. Daya tarik lelaki-lelaki yang digambarkan itu diberi peringkat terlebih dahulu. Para peneliti menggunakan 22 lelaki gay dan bi lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini untuk melakukan pemeringkatan.

Pertanyaan yang diajukan untuk menentukan apakah mereka menganggap seorang lelaki menarik

Studi ini bertanya kepada para peserta apakah mereka pikir para lelaki itu menarik, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, ‘Secara keseluruhan, seberapa diinginkan orang tersebut dalam foto?’

Mereka secara terpisah ditanya apakah mereka terangsang oleh orang-orang yang mereka lihat. Termasuk pertanyaan: ‘Seberapa besar kemungkinan Anda akan memiliki one-night stand dengan orang ini?’

Para partisipan kemudian ditanya, dalam skala satu hingga tujuh, apakah mereka berpikir para lelaki memiliki ‘sifat pasangan yang positif’ (‘dapat dipercaya, bertanggung jawab, sehat,’ dll).

Penelitian kemudian bertanya langsung tentang risiko seks yang dirasakan dengan orang yang mungkin ditimbulkan. Termasuk pertanyaan: ‘Seberapa besar kemungkinan Anda berpikir bahwa Anda akan tertular HIV dari orang ini?’ dan apakah mereka cenderung menggunakan kondom dengan orang itu.

Temuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

Jadi apa penjelasan untuk ini?

Para peneliti berspekulasi proses pemikiran yang dimainkan termasuk ‘efek halo’: Singkatnya, jika seseorang memiliki satu sifat positif (seperti daya tarik), ini membuat orang lain percaya bahwa mereka memiliki sifat positif lain, seperti kesehatan yang sempurna.

Juga, jika Anda menemukan seseorang yang menarik secara fisik, ada kemungkinan Anda ingin berhubungan seks dengannya. Karena itu, Anda mungkin berpotensi menghilangkan atau mengabaikan hambatan psikologis yang mungkin menghalangi Anda dari tujuan ini. Ini termasuk mempertimbangkan apakah seseorang memiliki IMS atau tidak.

Penelitian tersebut mengatakan faktor-faktor lain juga dapat memengaruhi penggunaan kondom, seperti apakah seseorang menggunakan PrEP.

Batasan studi dan saran penelitian yang lebih menarik

Para peneliti juga mengakui keterbatasan atas penelitian mereka. Misalnya, apa yang dikatakan lelaki dalam sebuah penelitian mungkin berbeda dibandingkan dengan situasi kamar tidur di kehidupan nyata. Mereka juga berpikir bahwa mereka melihat sampel yang sempit dari lelaki (mereka yang HIV negatif dan tidak dalam hubungan).

Juga, pada aplikasi kencan, pengguna sering menawarkan lebih banyak detail daripada hanya foto saja. Ini dapat mencakup informasi tentang status HIV dan penggunaan kondom.

Mereka mengatakan mereka tidak dapat sepenuhnya menjelaskan beberapa temuan. Mereka mencatat, ‘Beberapa cendekiawan telah mengusulkan bahwa proses pengambilan keputusan yang rasional menjadi terganggu ketika individu-individu terangsang secara seksual.’

‘Gairah … dapat mengesampingkan niat untuk menggunakan kondom’

Mengomentari temuan tersebut, Dr Tom Nadarzynski , seorang ilmuwan sosial London University of Westminster, mengatakan, ‘Gairah yang terkait dengan daya tarik fisik yang dirasakan, terutama dalam konteks hubungan seksual, dapat mengesampingkan niat untuk menggunakan kondom.

“Namun demikian, temuan penelitian ini menunjukkan bias tertentu dalam berpikir bahwa seks dengan orang yang menarik bisa kurang berisiko, yang tidak mungkin akurat. Juga, daya tarik fisik sangat subyektif, karena itu tidak dapat menjadi penentu status HIV yang dapat diandalkan. ‘

Para penulis penelitian menyarankan penelitian lebih lanjut untuk menentukan masalah apa yang berperan, dan apakah faktor-faktor lain dapat mempengaruhi temuan, seperti alkohol atau penggunaan narkoba.

Berdasarkan hasil mereka, mereka juga menyimpulkan bahwa aplikasi kencan adalah cara yang bagus untuk berbagi informasi tentang kesehatan seksual kepada pengguna.

Gagasan untuk studi tentang daya tarik muncul dari tes HIV

Dr Elissa Sarno , salah satu penulis penelitian ini, sebelumnya bekerja sebagai konselor tes HIV. Dia mengatakan pengalamannya mempengaruhi keputusannya untuk melakukan survei.

“Saya tertarik memahami bagaimana orang membuat keputusan tentang kapan harus menggunakan kondom dengan pasangan seksual baru,” katanya.

“Pengalaman saya sebagai penasihat tes HIV menginspirasi saya untuk mempelajari daya tarik fisik. Orang yang dites memberitahu saya bahwa penampilan fisik pasangan seksual mereka memengaruhi keyakinan mereka tentang apakah mereka mungkin terinfeksi HIV atau IMS lain.

‘Penelitian di masa depan diperlukan untuk mendukung hasil penelitian kami, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang mengapa kami menemukan hasil ini, dan mengarah pada intervensi yang membahas peran persepsi pasangan dalam penggunaan kondom dalam pengambilan keputusan.’

‘Penelitian ini menggambarkan bahwa orang sering tidak membuat pilihan rasional,’ kata Matthew Hodson , Direktur Eksekutif organisasi informasi HIV, NAM.

“Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa orang yang dianggap lebih menarik kemungkinannya lebih kecil untuk menjadi HIV-positif atau memiliki IMS lain. Dari pengalaman pribadi saya, beberapa lelaki terseksi yang saya kenal hidup dengan HIV.

“Sangat mudah untuk membuat analisis risiko yang salah ketika emosi ikut bermain. Kami telah mengamati ini selama epidemi. Di saat panas, cinta atau nafsu dapat mengubah persepsi kita akan risiko, seperti halnya narkoba atau alkohol.

‘Saya harap tidak banyak orang yang berharap dengan benar dapat mengidentifikasi seseorang dengan HIV hanya dengan melihatnya.’ (R.A.W)

Partner Attractiveness and Perceived Sexually Transmitted Infection Risk Among Sexual Minority Men dapat diunduh pada tautan berikut:

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2019/06/Partner-Attractiveness-and-Perceived-Sexually-Transmitted-Infection-Risk-Among-Sexual-Minority-Men.pdf”]

Sumber:

GSN