Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Sementara kesetaraan pernikahan bagi pasangan sesama jenis belum dilegalkan di Jepang, beberapa perusahaan di industri perhiasan pernikahan negara itu telah mulai mengambil langkah untuk membuat produk dan toko mereka lebih ramah LGBT.

Primo Japan Inc. mengumumkan awal bulan ini bahwa mereka telah mulai mempromosikan konsep “gender free” dalam memasarkan produknya dengan menghapus label khusus lelaki dan perempuan dari deskripsi dua merek cincin pernikahan yang ditampilkan di situs webnya.

Menurut Yuki Yamashiro, manajer senior hubungan masyarakat Primo Japan Inc diminta untuk mengatasi masalah ini setelah proposal dibuat oleh salah satu pegawai tokonya. Dalam survei internal berikutnya, sekitar setengah dari 87 tokonya mengatakan bahwa staf mereka telah melayani pelanggan LGBT.

Yuki Yamashiro merujuk pada laporan dari cabang Nagasaki, di mana pasangan lesbian mengatakan kepada pegawai tentang pengalaman buruk yang mereka alami di toko lain. Staf di toko lain bereaksi aneh ketika mereka memberi tahu mereka bahwa mereka sedang berbelanja cincin pernikahan. Pasangan itu mengatakan cincin itu memiliki arti khusus bagi mereka karena mereka tidak diizinkan mendaftarkan pernikahan mereka secara legal.

Yuki Yamashiro mencatat bahwa insiden itu, dan kejadian serupa dari cabang lain, meyakinkan perusahaan perhiasan tersebut untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk mengubah deskripsi dan membuat tokonya lebih ramah LGBT.

Primo Japan juga ingin merangkul pelanggan LGBT, yang dulu tidak termasuk dalam industri pernikahan, karena pernikahan telah menurun secara keseluruhan di Jepang. Menurut statistik Health, Labour and Welfare Ministry yang dikeluarkan awal bulan ini, pada tahun 2017 tercatat 606.863 pernikahan, turun dari 719.822 pada tahun 2007.

Mulai musim panas ini, Primo Japan juga akan mengganti prasasti gender pada cincin dan deskripsi dalam katalog tercetak dan bahan produk lainnya untuk pasar domestik dengan ekspresi netral gender. Yuki Yamashiro mengatakan perubahan juga merupakan respon terhadap perubahan preferensi individu, karena lebih banyak orang mencari desain non-tradisional untuk cincin pernikahan mereka.

Pembuat perhiasan lain juga memikirkan kembali bagaimana mereka melakukan bisnis dengan pasangan LGBT.

K.uno, sebuah perusahaan perhiasan yang berbasis di Nagoya, memiliki para eksekutif dan manajer toko yang mengambil kursus pelatihan keberagaman LGBT pada bulan Februari 2017. Kursus ini diselenggarakan oleh Letibee, sebuah startup yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara perusahaan dan komunitas LGBT.

Perwakilan K.uno Megumi Kawamura mengatakan pasangan sesama jenis telah mengunjungi tokonya selama dua dekade sebelum istilah “LGBT” menjadi diakui secara luas dan diskusi hukum tentang pernikahan sesama jenis dimulai di Jepang. “Staf kami telah mengajak mereka untuk berbicara di ruangan tertutup, dengan asumsi bahwa pasangan tersebut mungkin lebih suka itu, tetapi kami belajar beberapa pelanggan tidak menginginkan perlakuan khusus,” kata Megumi Kawamura.

Megumi Kawamura mengatakan perusahaan akan membangun lingkungan yang inklusif dan menawarkan cincin yang melayani setiap pasangan. (R.A.W)

Sumber:

japantimes