Search
Close this search box.

[Resensi] Tuhan Pun Hadir Di Tengah Gelap

Oleh : Jeni Amoy Sinaga*

Suarakita.org- Dunia memang tidak selamanya terang dan tidak selamanya gelap adakalanya hidup itu di atas dan ada kalanya hidup itu di bawah. Akan tetapi hal ini sepertinya berbeda dengan dunia pelacuran, seakan hidup mereka selalu kelam dan berada di bawah.

Selintas dalam pikiran kita ketika mendengar kata pelacur maka hanya satu yang akan kita katakan, manusia pendosa dan tak ber-Tuhan, hidup dalam dunia kegelapan. Sehingga kita tidak sadar bahwa pelacur juga adalah manusia yang memiliki spiritualitas dan bahasa mereka sendiri dalam berdialog dengan Tuhannya. Hal inilah yang menjadi alasan Nur Syam yang akhirnya menulis sebuah buku yang berjudul Agama Pelacur. Buku ini di tulis untuk menunjukan bahwa pelacur dapat dipandang lebih baik lagi dan agar kita tidak lupa bahwa pelacur juga adalah manusia yang ber-Tuhan. Dan melalui buku ini juga di jelaskan bahwa Tuhan itu memiliki misterinya tersendiri bahkan bagi kaum pelacur sekalipun, bahwasannya Tuhan juga hadir di tengah-tengah kegelapan.

Buku ini menceritakan bagaimana kehidupan para perempuan yang akhirnya menjadi seorang pelacur, mereka adalah Dona, Wiwit, Lilis, dan Yanti. Dulunya mereka bukanlah seorang pelacur namun karean ada latar belakang dari keluarga dan masalah ekonomi, mereka menjadi pelacur. Hal inilah yang menjadi alasan seseorang mengapa ia menjadi pelacur. Karena bekerja menjadi pelacur bukanlah kemauan setiap manusia, manusia mana yang tidak ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Seperti Lilis salah satunya  yang dulunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan kemudian ia berhenti untuk pulang ke kampungnya, namun tanpa sepengetahuanya bahwa ia dikagetkan dengan penyambutan keluarganya yang salah satu sebagai mucikari di sebuah lokasi.

Ketika kepulangannya ke kampung, Lilis ditawarkan oleh  pamannya untuk bekerja menjadi seorang pelacur yang mana hal ini telah diketahui keluarganya, dengan kata lain bahwa keluarganya telah menjual Lilis untuk bekerja menjadi seorang pelacur, sementara ia baru berusia enam belas tahun. Ingin rasanya Lilis menangis ketika mendengarkan pengakuan dari pamannya tersebut namun apa yang bisa ia perbuat.

 Hal ini berbeda dengan Yuli. Yuli adalah anak pertama dari enam bersaudara dan ia sempat masuk pesantren, namun tidak lama ia keluar dari pesantren karena ekonomi keluarga yang tidak memadai, hingga akhirnya ia kembali ke kampung halamannya, dan dipinang oleh seorang laki-laki. Dari perkawinan itu, Yuli  dikaruniakan dengan seorang anak perempuan, akan tetapi akhirnya cobaan pun datang kepada keluarganya, bahwa suaminya pergi meninggalkannya demi seorang gadis yang satu kampung dengan Yuli.  Dan yang menjadi alasan Yuli terjun kedalam dunia pelacuran adalah ekonomi yang kurang dan anak yang semakin dewasa sehingga kebutuhan semakin meningkat. Namun meski Yuli bekerja sebagai seorang pelacur dalam hati kecilnya ia selalu memohon ampun dengan apa yang terjadi dalam hidupnya.

Dalam buku ini juga penulis menjelaskan bagaimana para pelacur masih sangat percaya kepada Tuhannya. Hal ini terlihat ketika ada pertanyaan kepada pelacur mengenai al-Quran. Mereka mengaku bahwa mereka juga dapat membaca dan masih mengadakan shalat meski tidak teratur. Dalam buku ini juga digambarkan bagaimana kesadaran agama ternyata masih tetap muncul meskipun telah menjadi seorang pelacur.

Buku ini juga menuliskan bagaimana sebenarnya sulitnya mempertahankan sebuah hidup. Dan sejauh mana kedekatannya terhadap Tuhan yang menciptakan mereka.

Dan hal baru yang saya dapat dari buku ini adalah bahwasanya apa yang ditampilkan dari panggung depan belum tentu digambarkan di panggung belakang, karena dunia panggung belakang adalah dunia yang tersembunyi. Dan apa yang kita lakukan belum tentu sama dengan apa yang kita inginkan. Seperti Dona yang mengunakan liontin Salib seakan beragama Nasrani ternyata beragama Islam.

Buku yang berjudul Agama Pelacur ini sangat bagus untuk dibaca yang mungkin akan mengubah pandangan seseorang terhadap pelacur, akan tetapi lebih bagus ketika peneliti atau penulis melakukan penelitian bukan hanya kepada satu Agama saja (Islam – red), namun ke Agama yang lain karena Indonesia tidak hanya memiliki satu Agama. Dan pelacur juga tidak hanya dari satu kelompok Agama saja, sehingga orang yang membaca tidak merasa bahwa hanya Agama yang dianutnya saja yang memiliki pekerjaan yang kelam. Dan seakan judul kurang mewakili dengan isi yang mana judul mengatakan Agama Pelacur sementara hanya satu Agama yang diceritakan, sementara dunia tidak hanya terdiri dari satu Agama saja.

*Penulis adalah Mahasiswa magang di Suara Kita  dari Sekolah Tinggi Biblevrouw HKBP  Laguboti, Sumatera Utara.