Search
Close this search box.
orlando 1
suasana setelah kejadian penembakan dok. CNN

SuaraKita.org – Seorang lelaki kelahiran Amerika yang menjadi simpatisan ISIS menembak mati 50 orang di sebuah klub malam gay “PULSE” di Orlando, Florida. Penguasa setempat menyatakan bahwa kejadian ini adalah penembakan massal terbesar di Amerika setelah peristiwa 9/11.

Omar Mateen (29) membawa senjata laras panjang dan pistol ke dalam Pulse Club yang sedang penuh hari minggu 12/6 sekitar jam 2 dinihari dan mulai menembaki pengunjung. Membuhun 50 orang dan melukai sedikitnya 53 lainnya.  Dalam serangannya Omar menelepon 911 sambil mengakui bahwa dia adalah Pengikut ISIS dan menyebut-nyebut tentang bom di Boston Marathon.

Sekitar 3 jam kemudian polisi berhasil menerobos masuk dengan mobil anti peluru dan berhasil menembak mati Omar. Kepala Polisi Orlando John Mina mengatakan bahwa Omar sangat rapih dalam melakukannya, pihak berwenang pun belum menemukan apakah ada rekanan lain yang membantu Omar. Dalam pernyataannya Presiden Barrack Obama menyatakan bahwa aksi ini adalah teror dengan dasar kebencian dan dan sangat memukul warga Amerika, khususnya LGBT.

omar-mateen
Omar Mateen

Omar Mir Seddique Mateen lahir di New York pada tahun 1986. Terakhir tinggal di Fort Pierce sekitar 193 km sebelah tenggara Orlando. Dicurigai menyimpan bahan peledak polisi segera mengevakuasi 200 orang dari komplek apartemen Omar sambil mencari barang bukti. Orang tua Omar yang berasal dari Afghanistan, mengatakan Omar terlihat marah setelah melihat sepasang gay berciuman di Miami. Tapi mereka tidak menyatakan Omar adalah seorang yang religius dan tidak mengetahui hubungan Omar dengan ISIS.

Menurut Sitora Yusufy, mantan istri Omar yang dinikahi pada tahun 2009. Pada awalnya Omar tampak normal. Akan tetapi lambat laun dia mengetahui bahwa Omar bipolar, beringas, tidak stabil dan cepat sekali marah, sampai-sampai orang tuanya harus menyelamatkannya dari Omar. Mereka akhirnya bercerai tahun 2011. Sitora mengatakan bahwa aksi yang dilakukan Omar akibat dari penyakit jiwa yang diidapnya, bukan karena keterkaitan dengan ISIS atau agama. Namun dalam laman berita “setengah resmi” ISIS, Amaq, menyatakan bahwa ISIS bertanggung jawab atas kejadian ini dan menyebut Omar adalah seorang pejuang kekhalifahan. Meskipun pernyataan itu tidak menjelaskan hubungan Omar Mateen dengan ISIS, tetapi bahasa yang muncul untuk mengesankan bahwa dia dipandang sebagai penyerang tunggal.

Bulan lalu, juru bicara ISIS Abu Mohammed al-Adnani mendesak simpatisan di Eropa dan Amerika Serikat untuk meluncurkan serangan terhadap warga sipil di sana jika mereka tidak mampu untuk melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak. Dalam pidatonya dia mengatakan “hal kecil yang kalian lakukan di tanah mereka adalah lebih baik dari hal besar yang kami lakukan disini. Tidak ada orang yang tidak bersalah di tengah tengah wilayah tentara perang salib”.

Sementara itu  The Islamic Centre of Fort Pierce, masjid yang selalu didatangi oleh Omar Mateen dan keluarganya mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa mereka mengutuk perbuatan tersebut dan bersimpati kepada para korban.

Sumber

CNN

Telegraph.co.uk