Search
Close this search box.

Memangkas Imajinasi Adalah Dosa Terbesar Orde Baru

Suarakita.org- Budaya sudah hampir mati, dibunuh secara sistemik ungkap Radhar Panca Dahana pembicara dalam acara diskusi “Anak Muda Bicara Budaya”, Kamis 19 Juni 2014, di Universitas Indonesia.

Padahal, kata Radhar,  budaya adalah hal vital dan fundamental dalam membangun bangsa Indonesia.

Di seminar yang diselenggarakan oleh Abdurahman Wahid Centre UI ini, Radhar berusaha meluruskan kesalah-pahaman orang  mengenai budaya. Radhar menuturkan bahwa  bila membicarakan budaya orang langsung berpikir Candi Borobudur, batik, tari Pendet. Padahal itu bukan budaya melainkan artefak. “Kebudayaan adalah apa yang melahirkan. . .Budaya itu yang dialami . . .  ” ungkap Sastrawan dan juga Dosen ini.

Setelah itu  Radhar membuat suatu simulasi, dia menantang peserta untuk menginjak hanphone-nya hingga hancur dan Radhar akan mengganti dua kali lipat dari harga handphone yang dihancurkan tersebut.

Hasilnya, tidak ada peserta yang bersedia menginjak sampai hancur handphone-nya. “Banyak nomor kontak penting” jawab salah satu peserta.

Radhar mengungkapkan bahwa inilah contoh bahwa identitas diciutkan ke dalam satu handphone. Identitas termasuk di dalamnya masalah mentalitas, integritas, nilai basisnya adalah kebudayaan.

Kemudian Radhar menyoroti bagaimana pemerintah memeperlakukan budaya. Menurut Radhar, budaya saat ini dikerdilkan dan diciutkan peran historiknya, “Budaya hanya ditafsirkan sebagai industri kreatif” ungkapnya.

Bagi Radhar, dosa terbesar orde baru adalah memangkas ruang imajinasi generasi yang lahir di masa tersebut. Dampaknya adalah “Munculnya generasi-generasi yang enggak punya vision” ungkapnya. (Gusti Bayu)