Search
Close this search box.

 

Sumber: Internet
Sumber: Internet

Ourvoice.or.id- Kekerasan atas nama agama  yang makin marak membuat Departemen Filsafat Universitas Indonesia  (UI) mengadakan seminar nasional bertajuk, Agama, Negara dan Kekerasan, pada Rabu 4 Juni 2013 di auditorium Fakultas Ilmu Budaya UI. Ada tiga pembicara yang diundang dalam seminar ini yakni, Ulil Absar Abdala, Pendiri Jaringan Islam Liberal, Donny Gahral Adian, Dosen Filsafat UI dan Alex Lanur,  Guru Besar Sekolah Tnggi Filsafat Jakarta.

Dalam pemaparan pertama, Alex menjelaskan bahwa hubungan antar manusia berawal dari konflik. konflik adalah adalah bentuk pertentangan yang awalnya karena perbedaan sikap, perbedaan nilai dan bentuk perbedaan lainnya.  Masyarakat Indonesia saat ini memang dicengkram budaya kekerasan. konflik yang terjadi tidak dikelola secara baik namun diarahkan menjadi pertempuran antar komunitas.

Alex pun menuturkan bahwa Orde Baru adalah rezim yang melembagakan kekerasan. Ini menjadi salah satu faktor  pendukung budaya kekerasan di masyarakat Indonesia di samping faktor akumulasi kebencian. Semasa Orde Baru perbedaan pendapat diatasi bukan dengan cara dialog melainkan dengan cara kekerasan. ”Bahasa yang dimengerti pemerintah (Orde Baru) adalah bahasa kekerasan” ungkap Alex.

Kemudian Alex memaparkan dua fakta di antara banyak fakta kekerasan atas nama agama yang terjadi di Indonesia diantaranya; di Pekalongan, seorang pemilik toko digujingkan telah merobek Al Qu’ran, gunjingan itu makin besar dan akhirnya sekumpulan massa bergerak ke toko tersebut dan terjadilah aksi kekerasan terhadap pemilik toko tersebut.

Ulil Abshar Abdala- Naupal- Donny Gahral Adian- Alex lanur (Foto: Hartoyo/Ourvoice)
Ulil Abshar Abdala- Naupal- Donny Gahral Adian- Alex lanur
(Foto: Hartoyo/Ourvoice)

Kemudian Alex menceritakan insiden Situbondo, sekelompok massa membakar Pengadilan Negeri dan Gereja Katolik dan Protestan. Insiden ini bermula dari seorang yang dianggap sesat dan dikriminalkan. Kemudian isu berhembus bahwa pelaku disembunyikan oleh Pastur, sekelompok massa pun datang ke Gereja dan melakukan aksi kekerasan. “Ada kenyataan partikular yakni konflik antar  umat beragama berujung aksi kekerasan” ungkap Alex.

Aksi kekerasan di Indonesia tidak melulu atas nama agama. Menurut pengamatan Alex, hal remeh pun bisa memicu konflik, misal, sepak bola. Hanya karena fanatisme grup sepak bola, tiap pendukungnya bisa berkonflik sampai memakan korban jiwa “Masyarakat kita mungkin senang sakit, masalah kecil saja bisa sampai terjadi pertumpahan darah” kata Alex. (Gusti Bayu)