SuaraKita.org – Sebuah film tentang dampak dari hubungan romantis antara dua lelaki Nigeria telah ditayangkan perdana di London sebelum rilis yang diperkirakan akan memicu kontroversi di negara Afrika barat.
“Walking With Shadows” – sebuah produksi bersama Inggris-Nigeria yang diadaptasi dari buku debut penulis Jude Dibia 2005 dengan nama yang sama – menceritakan perjuangan seorang lelaki untuk diterima oleh keluarga dan masyarakatnya menyusul pengungkapan hubungan gay di masa lalu.
Buku ini awalnya diterbitkan sendiri setelah Jude Dibia gagal menemukan seseorang yang bersedia untuk merilisnya, adalah novel Nigeria pertama yang menampilkan protagonis gay, menurut pembuat film.
Seperti di sebagian besar negara Afrika sub-Sahara, homoseksualitas adalah ilegal di Nigeria yang religius konservatif, yang hampir terbagi rata antara mayoritas Muslim di utara dan sebagian besar Kristen di selatan.
Hukuman penjara yang panjang ada di bawah hukum federal dan homoseksualitas dapat menghadapi hukuman mati dalam hukum syariah atau sistem Islam di negara-negara utara, meskipun belum dilakukan.
“Walking With Shadows”, yang berlatar belakang kota Lagos ditampilkan untuk pertama kalinya di London Film Festival pada hari Rabu lalu, belum menerima persetujuan dari otoritas Nigeria.
Tetapi mereka yang terlibat berharap sensor akan menyetujuinya untuk rilis umum – dan lebih jauh – agar hal itu dihargai oleh khalayak Afrika.
“Saya pikir itu akan diterima dengan baik,” aktor Ozzy Agu, yang memainkan peran utama, dalam pernyataannya di premier film.
“Tentu saja, itu adalah subjek yang sensitif di Nigeria tetapi cara film itu dilakukan sebenarnya cukup sopan.
“Saya yakin ada penonton yang perlu cerita mereka diceritakan dan film ini untuk mereka,” katanya, seraya menambahkan bahwa pernyataan tidak ada orang gay di Nigeria atau negara-negara Afrika lainnya adalah sebuah “kegilaan”.
Namun, sikap berubah, terutama di antara orang-orang muda di kota-kota Afrika yang lebih kosmopolitan.
Tahun lalu, larangan pada film “Rafiki” yang menceritakan tentang hubungan cinta lesbian, dibatalkan di Kenya. Film ini kemudian ditampilkan di Festival Film Cannes.
Pada bulan Juni, Botswana mendekriminalisasikan homoseksualitas dalam sebuah keputusan penting.
– ‘Intoleransi sosial’ –
“Walking With Shadows” bercerita tentang protagonis Ebele Njoko, yang telah menjadikan dirinya kembali sebagai ayah dan suami yang sukses dan dihormati bernama Adrian setelah meninggalkan hubungan gay sebelumnya dalam hidupnya.
Ketika perselingkuhan baru terungkap, ia memilih untuk tidak menyangkal hal itu kepada istrinya dan orang lain dalam menghadapi permusuhan yang tumbuh, dan kehidupan rapuhnya segera mulai hancur.
Tokoh TV Nigeria Funmi Iyanda, salah satu kreator film ini dalam wawancaranya dengan Bisi Alimi, seorang aktivis HAM Nigeria yang gay menyebabkan ketegangan.
“Pengalaman itu membuka mata saya pada kedalaman homofobia dan meningkatnya tingkat intoleransi sosial,” kata Funmi Iyanda, yang berperan sebagai sutradara kreatif dan produser film itu, dalam siaran pers.
“Saya ingin menemukan kisah yang tepat untuk diceritakan tentang pergulatan dengan diri sendiri dan harapan masyarakat di negara yang sangat bersemangat namun sangat konservatif dan menghukum,” tambahnya.
Funmi Iyanda memilih buku Jude Dibia pada 2015 dan mulai syuting dua tahun kemudian, setelah berjuang keras untuk menemukan mereka yang bersedia mendanai film tentang topik semacam itu.
Penulis dan sutradara Irlandia yang berbasis di London, Aoife O’Kelly mengatakan dia secara alami tertarik untuk menyutradarai – film panjang pertamanya – setelah tumbuh di Irlandia, di mana homoseksualitas ilegal hingga tahun 1993.
“Saya sangat berempati terhadap cerita itu,” katanya kepada, sembari mengingatkan bahwa “kehancuran” hukum Irlandia menyebabkan banyak orang yang terpaksa menyembunyikan seksualitas mereka dan terus-menerus menghadapi penangkapan atau pengucilan.
“Apa yang saya harap adalah bahwa dari cerita itu orang akan mendapatkan pemahaman tentang apa yang harus dilalui seseorang … menyembunyikan diri dalam sebagian besar hidup mereka, dan konsekuensi buruk yang akan terjadi bukan hanya pada orang itu, tetapi juga keluarga, “tambah Aoife O’Kelly. (R.A.W)
Sumber: