SuaraKita.org – Sekelompok aktivis kesetaraan di Swaziland ingin membuat sejarah dengan menjadi tuan rumah acara LGBT pertama di republik ini. Swaziland, yang menganggap dirinya merdeka dari Somalia, adalah rumah bagi 3,5 juta orang di Afrika.
Raja Mswati III penguasa sebelumnya menggambarkan homoseksualitas sebagai “setan”, dan menjadi gay adalah hal yang dilarang di negara ini. Perdana Menteri Swaziland Barnabas Sibusiso Dlamini juga mengatakan negara itu tidak siap untuk mempertimbangkan melegalkan hubungan sesama jenis.
Terlepas dari tantang tersebut, sebuah kelompok advokasi terkemuka di negara itu ingin mengubah persepsi seputar apa artinya menjadi LGBT di Swaziland – dan berniat untuk menjadi tuan rumah perayaan LGBT Pride pertama di negara itu tahun ini.
Acara yang rencananya diadakan pada bulan Juni, dipelopori oleh kelompok advokasi Rock of Hope, yang akan menjadi pertemuan umum LGBT pertama di republik tersebut.
Karena bar ramah gay atau tempat-tempat sosial LGBT lainnya tidak ada di negara ini, maka acara ini akan menjadi salah satu pertemuan massal pertama bagi LGBT di Swaziland.
“Acara pertama ini berskala kecil, tetapi kita tidak bisa bersembunyi selamanya,” kata Melusi S. Simelane, manajer komunikasi dari Rock of Hope.
“Kami tidak bisa melakukan advokasi jika kami tidak terlihat. Salah satu aspek kunci dari segala bentuk advokasi adalah memastikan visibilitas: dengan mengatakan bahwa, ‘Kami ada di sini, kami eksis.’ ”
Berharap 5.000 hingga 6.000 orang akan menghadiri acara tersebut, Melusi S. Simelane dan tim penyelenggara ingin “mendorong visibilitas LGBT ke pemerintah.”
“Kami perlu menunjukkan angka, statistik. Kami ingin mendorong visibilitas kami ke pemerintah dan institusi lain. Itulah mengapa acara ini sangat penting: untuk menunjukkan ini seperti apa komunitas LGBT. Perdana menteri menganggap individu LGBT tidak ada di Swaziland. Acara LGBT Pride akan memberi kita kesempatan untuk mengatakan: ‘Apa yang Anda bicarakan? Ini orang-orangnya.’” (R.A.W)
Sumber: