Oleh : Oriel Calosa*
Suarakita.org- Wacana Gay menjadi sangat menarik ketika di bahas dalam konstruksi sosial ke-Indonesiaan bukan sekadar pada persoalan sejarah keberadaan Gay dan Lesbian di Indonesia saja, namun juga bagaimana kata “Gay” dan “Lesbian” dibangun dalam interpretasi ke-Indonesiaan dan dalam ruang nasionalisme Indonesia.
Aspek inilah yang dibahas oleh Tom Boellstorff yang melakukan analisis sosial dalam kapasitasnya sebagai Antropolog, melakukan riset tentang prespektif “Gay” dan “Lesbian” yang sudah sangat Indonesia. Berdasar riset tersebut terbitlah bukunya yang merupakan buku pertama yang secara inklusif mengeksplorasi Gay dan Lesbian di Indonesia yang merupakan negara Muslim terbesar di dunia dengan penduduk keempat terbanyak di dunia.
Boellstorff mengeksplorasi tentang ide-ide bahwa Gay Indonesia bukan hanya sebagai sebuah “Korban Globalisasi” barat, yang menganggap bahwa Gay dan Lesbian sebagai sebuah bentuk tatanan sosial yang terjadi karena hasil kontaminasi kebudayaan barat.
Wacana konsep gender dan seksualitas tidak lagi dipandang sebatas isu identitas personal namun isu kewarganegaraan yang memiliki banyak unsur bukan saja pada konsep identitas yang terpampang dalam dokumen-dokumen resmi semata. Seksualitas merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh atas masyarakat. Isu seksualiatas ini pula yang seringkali digunakan negara untuk mengontrol warganya dalam segala bidang termasuk sosial dan politik. Karena seseorang yang tidak mengikuti norma heteroseksual yang dominan mengimplikasi seseorang tersebut bukan sebagai warganegara yang ‘wajar’.
Buku ini menjadi referensi menarik bagaimana Gay dan Lesbian di Surabaya, Bali dan Makassar mencari sebuah bentuk sebagai “Seorang Gay Indonesia”. Sejak kemerdekaan Indonesia dibangun bahkan semenjak Nusantara ada keberadaan Gay dan Lesbian bukan semata mengidentikkan kedaerahan Jawa, Bali atau Makassar semata namun sebagai seorang Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Buku ini mampu menggambarkan ke”Nusantara”an seorang Gay di Indonesia yang menganggapnya sebagai “Orang Gay Indonesia” yang sama nasionalisnya dengan masyarakat lainnya.
Buku ini menjadi buku Pelopor yang baik untuk studi tentang Indonesia atau untuk studi perbandingan seksualitas karena buku ini mencoba menggambarkan proses mengintegrasikan antara pengalaman pribadi Tom Boellstroff dalam gagasan teoritisnya yang jauh lebih luas tentang identitas seksualitas seseorang dengan kebangsaanya sebagai bagian dari identitas nasional seseorang.
*Penulis adalah koordinator Sobat Semarang, sebuah organisasi LGBT di Kota Semarang.