Search
Close this search box.

[RESENSI] Back On Board; Film Dokumenter Atlet Gay

Greg Louganis (Sumber : https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/82/23/c3/8223c381cac97cacf86bcb795bd450e5.jpg)
Greg Louganis
(Sumber : https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/)

Oleh: Oriel Calosa*

Suarakita.org- Greg Louganis yang bernama lengkap Gregory Efthimios Louganis lahir di El Cajon Calofornia pada 29 Januari 1960. Dia adalah seorang atlet Loncat Indah yang cukup popular di Amerika. Ketenarannya diawali setelah memenangkan mendali emas pada Olimpiade 1984 dan 1988. Dia adalah satu-satunya atlet lelaki yang menyabet semua gelar emas dalam Olimpiade tersebut hingga ABC memberikan gelar kepada dirinya sebagai Atlet of The Year pada tahun 1988.

Pada tahun-tahun berikutnya, muncul isu tentang dirinya sebagai seorang Gay yang mengakibatkan banyak perusahaan enggan untuk mensponsori dirinya. Sampai pada tahun 1995 dia terbuka kepada khalayak tentang orientasi seksualnya termasuk statusnya sebagai seorang HIV Positif di Oprah Winfrey Show. Akbibatnya adalah hengkangnya perusahaan-perusahaan untuk mensponsori dirinya kecuali Speedo.

Saat ini, setelah 26 tahun berhenti dalam karirnya sebagai seorang atlet, Greg kembali dengan sebuah film dokumenter yang akan ditayangkan oleh HBO berjudul Greg Louganis : Back On Board. Film ini hanya ditayangkan dalam jaringan televisi kabel.

Louganis mengatakan bahwa ia tidak pernah berharap untuk hidup selama ini. Dia didiagnosis dengan HIV pada waktu di mana sedikit yang masih bisa dipahami tentang penyakit tersebut, dan mereka yang terpapar virus ini berpikir untuk mati.

“Saya didiagnosis dengan HIV enam bulan sebelum Olimpiade tahun 1988”, ungkap Louganis. “Jadi jujur, saya tahu itu adalah kompetisi terakhir saya karena kami masih melihat HIV dan AIDS sebagai hukuman mati, dan saya tidak pernah berpikir saya akan melihat usia 30. Dan usia 30 berlalu. Dan kemudian usia 40 berlalu. Aku saat ini 55 tahun. Jadi aku kembali berpikir, ‘Oh, sialan, aku harus mendapatkan pekerjaan. Apa yang saya lakukan?’ Aku tidak berencana terlalu jauh ke depan karena suami saya selalu mendorong saya untuk melakukan apa saja yang ada di depan saya untuk yang terbaik sesuai dengan kemampuan saya. Begitulah cara saya melalui hari-hari saya, hingga ada banyak hal yang terjadi.”

Greg Louganis berbagi kisah cinta tentang pernikahannya dengan Jhonny Chailliot seorang Pengacara di Loeb & Loeb. “Kami menikah pada 12 Oktober 2013,” kata Louganis. “Itu jauh sebelum Prop 8 tentang hukum pernikahan gay disahkan oleh Makamah Agung. Jadi kami memiliki rencana alternatif. Kami memiliki tanggal pernikahan ditetapkan. Jadi, semua tidak berjalan dengan baik, maka kita akan menikah di Seattle. Saya memiliki teman di Seattle, kawan-kawan lama di Seattle, dan kami akan bertemu kembali dan memiliki sebuah perayaan pernikahan kami. Dan semua berjalan dengan lancar. Ini sangat lucu karena saya tidak pernah berpikir itu mungkin terjadi, tapi ketika kami menikah dan kami menyatakan janji kami, itu momen yang luar biasa mendalam untuk hubungan kita. Bahkan sampai hari ini, saya jatuh cinta dengan dia lebih dan lebih setiap harinya.”

Salah satu topik yang diangkat dalam film dokumenter yang disutradarai oleh Cheryl Furjanic ini, mengangkat sisi bagaimana Louganis kalah pada penawaran sponsorship karena rumor dia gay.

“Ya, aku datang ke olahraga, Olimpiade pertama saya adalah 1976,” kata Louganis. “1972 mulai komersialisasi Olimpiade dengan Mark Spitz, dan kemudian ’76, Bruce Jenner. Dan kemudian kami melewatkan 1980. Ada begitu banyak cerita luar biasa di Olimpiade ’84, (seperti kisah dari) Edwin Moses, tetapi sponsor lebih memilih Mary Lou Retton. Aku benar-benar tidak termasuk di dalamnya untuk mendapatkan sponsor namun tak boleh diungkapkan, tapi itu karena saya cinta olahraga dan kebanggaan untuk mencapai prestasi. Jadi itu menjadi pengalaman yang sangat menarik. ”

Saat ini, Louganis kembali menjadi sorotan sebagai bagian dari sebuah gerakan besar perjuangan LGBT dan mengharapkan dukungan dalam bentuk yang berbeda.

“Kami masih bekerja [untuk memperoleh dukungan],” katanya. “Kami masih di luar sana. Saya akan berada di Rio (di mana Olimpiade akan digelar musim panas mendatang). Saya akan bekerja dengan Global TV. Saya sangat bersemangat dan aku terus menjadi mentor untuk atlit Loncat Indah Amerika. Kami punya beberapa kandidat yang yang mampu memandangn kedepan dengan optimis. Kami mendapatkan orang ini, lahir di Duke di North Carolina, Jordan Windle, yang memiliki cerita yang menarik. Dia diadopsi dari Kamboja. Dia memiliki dua ayah dan dia memiliki bakat yang luar biasa. Saya sudah mengenalnya sejak dia berusia delapan tahun, dan sekarang dia akan berumur 17, tahun depan. Jadi aku menjaga jari saya mengharapkan dia mampu membentuk sebuah tim, dan ada David Boudia yang terus menjadi peloncat indah juga.”

Kisah Back On Board bukan hanya mengisahkan tentang suksesnya menjadi seorang atlet semata, bagaimana dia bercerita dia direkrut dalam tim oleh seorang wanita karena ketertarikan akan bakat yang dimiliki oleh Louganis, namun juga kisah paska mundurnya dia dari dunia keolahragaan dan memulai untuk menjadi seorang penulis, bahkan menjadi seorang aktor pada era 80-an dan 90-an.

Perannya dapat dilihat dalam Touch Me pada 1997, dan pada 2000 dia muncul di Hollywood Square sebagai salah satu atlet yang pernah mendapatkan mendali emas Olimpiade yang dikenal sebagai The Dream Team, dalam sebuah games show yang sangat popular saat itu. Bahkan, Louganis berperan sebagai Guru Menyelam di jaringan televisi ABC dalam Celebrity TV Diving Show Splash, dan juga menjadi Juri di Celebrity Splash! Yang ditayangkan di Channel 7 Australia.

 

*Penulis adalah koordinator Komunitas Sobat Semarang, sebuah komunitas gay di kota Semarang.

Film  Back On Board dapat disaksikan  di sini