Search
Close this search box.

Novel “Game is over” by Yatna Pelangi

Tiga Hemong Berburu Lekong

Oleh :  Antok Serean

Please, jangan alasan sok sibuk untuk nolak baca novel ini, sebab 115 halaman bisa ludes dalam dua jam. Pun jangan takut pusing-pusing ria, karena novel ini bikin guling-guling tertawa. Novel kacangan dong? Tentu tidak! Di sana-sini terselip suara gay yang paham hak asasi manusia, sekaligus lepas kungkungan heteronormatif. Yang perlu dipersiapkan: cari posisi enak, sediakan camilan, bebaskan pikiran, ikuti petualangan trio gay Mista, Fadil, dan Andi.

Bayangin sosok Mista: kulit putih bersih, hidung mancung, bibir tipis kayak Keanu Reeves, tinggi 175 cm, berat 65 kg, ganteng abis, tinggal bareng nyokapnya. Tiap hari bolak-balik Bogor-Jakarta naik kereta untuk kerja. Hm, kalau Fadil: campuran Bapak Arab dan Ibu Betawi, anak bontot dari enam bersaudara, muka kearab-araban, mata dan hidung setajam silet, kulit kehitaman, bonus bulu-bulu halus di sekitar pipi. Saben hari naik Busway dari kos ke tempat kerja. Nasib paling bagus menimpa Andi: alis panjang, wajah tegas, senyum maut, dua lesung pipit, tinggi 180 cm, berat proporsional, digilai cewek dan cowok, dibikinin rumah di Tangerang—nyokap-bokap jauh di Sulawesi—, tinggal bareng pembantu doang, fasilitas mobil dicabut karena sering tabrakan. So, tiap hari bergelantungan di Busway ke kantor.

Ketiganya lengket sohiban, punya kesamaan: pecinta manusia berpenis alias lekong, satu kantor di Busway TransJakarta—cuma beda bagian—, dan terpenting predikat The Jomblo Gay. Bermula dari obrolan santai di Coffe Shop, ketiganya sepakat bikin game untuk membunuh jenuh. Sebelum 2011, masing-masing berjuang cari boyfriend (pacar) untuk kencan malam tahun baru. Tahap pertama, cari lekong di kendaraan umum, batas waktu sampai minggu kedua. Kalau berhasil semua, pacar harus diputusin. Masuk tahap kedua, cari pacar sebelum akhir tahun di tempat hobi masing-masing: Mista chatting, Fadil renang, dan Andi dugem. Hukuman bagi yang kalah: bikin video bokep sama kucing (cowok panggilan), foto bugil ala model kalender, dan beli dua ekor kambing untuk disumbangkan ke orang kampung. Syarat mutlak, sepanjang game ketiganya pasang aksi diam, tak ada komunikasi, sok persaingan ala politikus.

Cerita jumpalitan—seru, lucu, menggebu-gebu, tersedu-sedu, mati kutu—penuh petualangan demi seorang pasangan. Mista: hampir dapat lekong cucok di kereta, tapi urung karena pisah di Pasar Minggu, sempat ketemu santri bersurban dan berjubah putih dan aksi jail meremas-remas penis di balik surban itu, atau hopeless kereta isinya aki-aki semua. Fadil: bertemu Ino, eksekutif muda, di Busway. Andi: ketemu brondong cucok yang nggak tahunya kucing, jumpa Angga yang bikin ilfill dengan badan panuan, sampai janjian dengan lekong bermata Richard Gere.

Akhir minggu kedua kumpul lagi di Coffe Shop. Ketiganya sudah dapat pasangan: Mista dengan bule Hubert, Fadil dengan mahasiswa bernama Rizky, dan Andi dengan Yudo. Terpaksa, ketiganya harus mutusin pasangan. Nasib tragis menimpa Fadil dan Andi karena sempat kerampokan, kehilangan dompet, HP, diembat lalu ditinggal pergi. Mista cukup nangis Bombay karena ditinggal ke Belanda.

Masuk game tahap dua. Mista memburu lekong via chatting. Bertemu Michael yang ngajak have sex di warnet, jumpa Nando yang hipersex, ada Robi yang maksa mojok di toilet, sampai perdebatan sengit dengan nick Co_Single di Channel #Jakarta. Dia membabat habis pemikiran Co_Single yang homophobia. Juga gagal ketemu Dino yang rumahnya disiapin herder. Sampai dia sadar, detik-detik pergantian tahun makin dekat dan tak kunjung dapat pacar. Fadil merasa paling sial karena harus cari lekong di kolam renang. Jam kerja yang padat hanya memungkinkan peluang Sabtu dan Minggu saja. Sempat dekat dengan Marcell, tapi gagal karena dilabrak pacarnya. Kenal Ari, tapi ngilang setelah tidur di kosnya. Dan ketika mentok, dia mendekati Dika, pelayan di Coffe Shop. Beda lagi kisah Andi, dia ketemu polisi yang menangani kasusnya di diskotik, dekat Frans yang ujung-ujungnya terlibat kasus di kepolisian, gagal juga dengan Chiko karena nyokapnya pingsan lihat keduanya telanjang di kamar, dan usaha terakhir dengan cowok baru patah hati bernama Arya. Persoalannya, Arya tidak kasih jawaban pasti, padahal tahun baru kian dekat. Tentu ini bikin Andi pusing tujuh keliling.

Game Is Over enak dibaca karena disusun secara fragmentatif, plot terpapar silang antara narasi buku harian dengan cerita keseharian, bahasa gaul segaul-gaulnya binan, dan suspense bertaburan hingga pembaca enggan merem. Isu diselipkan dengan cantik, seperti menolak lekong yang sudah beristri, perdebatan keragaman seksualitas via chatting, kekerasan atas nama cinta, homophobia di tempat kerja, dan kritik fasilitas buruk di kendaraan umum.

Simak nukilan perdebatan Mista dengan Co_Single di chat:

“Heh! Lo sadar dong…, kitab suci agama manapun, ga ada yang ngebenerin perbuatan lo.” Wushet dah…Udah berani bawa-bawa Kitab Suci segala nih orang.

“Tapi semua kitab suci juga bilang bahwa Tuhan Maha Pengasih, Penyayang, Pengampun dan Maha Adil kan?!” bales gwe lagi.

“Pokoknya bagi gwe lu lebih rendah dari binatang. Binatang aja nggak ada yang nglakuin yang lo lakuin.” Hoho…Abis ke Kitab Suci, langsung bawa-bawa binatang. Dasar.

“Wah, lo gak pernah nonton National Geographic, Discovery Channel or Animal Planet ya, Bro? Asal lo tau aja ya, penguin, dolphin n bonobo tuh banyak yang pada asik homo-homoan, lagee..” Hihi..untung aja gwe punya bahan buat ngejawab. Habis diana emang kurang referensi seh.

Siapa yang kalah dan mendapat hukumannya? Biar penasaran, silakan baca novel perdana Yatna Arus Pelangi ini. Dijamin, bakal terkejut di akhir cerita. Selamat membaca. (Antok Serean)

[scribd id=44635785 key=key-2lvejfs00wnm28ij09un mode=list]