[CERPEN]: Tragedi
Suarakita.org- Lelaki berjaket hitam menyelinap kerumunan aktivis di pusat kota. Liar matanya membidik tulisan di poster yang dibentangkan menghadap jalan raya:
Suarakita.org- Lelaki berjaket hitam menyelinap kerumunan aktivis di pusat kota. Liar matanya membidik tulisan di poster yang dibentangkan menghadap jalan raya:
Karya: Antok Serean* Klik. Angger menutup teleponnya. Gamang, kabut hitam menyelimuti semesta batin. Suara adik perempuannya menyadarkan, ia belum terpisah dari masa lalu. Kata-kata merajuk bak aliran derita tiada putus,
Duka Seratus Cambuk
Penulis: Antok Serean*. Ibu, satu-satunya alasan pulang ke Aceh. Saat semua umat menolaknya, Ibu berlapang dada mengalirkan telaga kata-kata,”Manusia beradab, Nak, harus adil pada diri sendiri, sebelum adil pada orang lain.
Suarakita.org- Sejak Ibu meninggal dunia; Ayah tak bahagia. Kabut hitam menyelimuti wajahnya. Tak pernah tersenyum, apalagi tertawa. Saya tak tahu penyebabnya. Yang saya tahu, rumah terasa sepi, kosong, dan mati. Ayah ada, tetapi tak hadir. Seolah hidup dalam dunianya sendiri. Saya juga sedih kehilangan Ibu. Namun bisa mengikhlaskannya. Siapakah yang bisa menolak kematian? Tak ada. Segala yang lahir pasti kembali ke asalnya.