Search
Close this search box.

[Puisi] Kaldera

Kaldera Sepi, berdiri tegap pada gelombang rindu seorang pemuda. Aku laki- laki, siapakah engkau bergemuruh deburkan asa. Aku bagai pasir, menunggu tubuh diterjang ombak. Tidak ada waktu untuk berlari, untuk berteriak, engkau terisak. Aku dan engkau adalah satu. Menanti, berbaring menatap. Tapi tatapan ini tak memiliki isi hanya langit kelabu dan buih-buih dari rindu. Aku […]

[Puisi] Empat Puluh Lima Hari & Perihal Jakarta dan Senoktah Diorama

EMPAT PULUH LIMA HARI hujan pertama yang jatuh di punggungmu ialah riwis yang ceriwis. lalu smartphone kita bersigenggam. dan dunia njelma percakapan yang akukau terkutuk didalamnya. lagi dan lagi. candu dan candu lagi. sampai kemudian kita pada rumah. dimana bara dan nyala tertera di dinding dindingnya. kau menjelma tuan rumah. aku merupa puan rumah. aih. […]

[Puisi] Pemerkosa Aturan Negara

SuaraKita.org – Puisi ini dipersembahkan untuk setiap transgender yang sedang memperjuangkan kemanusiannya dan instiusi negara dan agama yang lalai pada kemanusiaan mereka.

[Puisi] Perempuan Pelangi & Takkan Kutukar Cintamu

SuaraKita.org – Rinai hujan pagi ini baru saja berakhir. Digantikan oleh tirai cahaya yang menyusupi celah-celah awan. Wangi tanah basah menentramkan hati siapa saja yang menghirupnya. Di balik bukit itu, di antara pucuk-pucuk cemara. Muncul sebentuk prisma cahaya warna-warni. Membusur sempurna melukisi kanvas langit. Simfoni merah-jingga-kuning-hijaubiru-nila-dan ungu.

[Puisi] Lelaki di Tepi Jalan itu

Suarakita.org – Perisai embun,
Basah….
Berlumur lendir bercampur darah
Bersimbah luka dan kenikmatan; menyatu peluk
Kemudian senyum dalam kegetiran
Sembari menyulut rokok sebatang