Search
Close this search box.

[Cerpen] Kincir

SuaraKita.org – Rio pun ikut tersenyum. Kemudian naiklah mereka ke atas motor, dan melajulah motor itu menuju tempat yang membahagiakan. Dalam hati Rio berniat nakal, ia akan mencium laki-laki yang memeluk pinggangnya erat ini di puncak Kincir sembari kemudian membiarkan kembang api itu meledak-ledak di angan mereka, seraya membisikkannya kepada sang kekasih, “Selamat Tahun Baru.”

[Puisi] Pemerkosa Aturan Negara

SuaraKita.org – Puisi ini dipersembahkan untuk setiap transgender yang sedang memperjuangkan kemanusiannya dan instiusi negara dan agama yang lalai pada kemanusiaan mereka.

[Cerpen] Kamu Jahat, Mas!

SuaraKita.org – Kutengok televisi belakangan ini semuanya berkisah tentang politik yang terjadi di negaraku. Entah sampai kapan beritanya akan sedikit mereda. Kupikir selama manusia ada, suka tak suka politik itu selalu ada. Jadi alih-alih mendumel, aku ganti saja acaranya ke acara musik dangdut di siang bolong. Sedikit melodi yang mampu menggoyang tubuh itu perlu sebelum memulai kegiatanku.

[Cerpen] Ribuan Percintaan Dua Jalan

SuaraKita.org – Dahan-dahan Kemboja memenuhi pandangan jendela kamar, sebagian pucuk-pucuknya berdesakan dengan daun-daun Kemuning yang juga telah menjadi pohon tinggi dan rimbun. Pagi sudah pergi bersama kekasihku. Mengenakan tuksedo merah hati dan wangi parfum, ia membangunkanku untuk memberi kecupan. Setiap kali kecupannya hinggap, aku berdoa untuk keselamatan dan rawatan pada cita-cita hidupnya. Ketika deru kendaraannya meninggalkan pelataraan rumah, aku menarik lagi selimut, melanjutkan tidur pagi sambil membiarkan udara yang paling bersih datang dari jendela yang terbuka lebar.

[CERPEN] Perempuan Senja dan Laut

SuaraKita.org – Melihatnya di atas dermaga adalah pertanda senja telah tiba. Tak ada yang tahu sejak kapan dia menunggu di dermaga.

[Puisi] Perempuan Pelangi & Takkan Kutukar Cintamu

SuaraKita.org – Rinai hujan pagi ini baru saja berakhir. Digantikan oleh tirai cahaya yang menyusupi celah-celah awan. Wangi tanah basah menentramkan hati siapa saja yang menghirupnya. Di balik bukit itu, di antara pucuk-pucuk cemara. Muncul sebentuk prisma cahaya warna-warni. Membusur sempurna melukisi kanvas langit. Simfoni merah-jingga-kuning-hijaubiru-nila-dan ungu.

[Cerpen] Pintu Tertutup

SuaraKita.org – Dua puluh menit sudah aku menunggu datangnya kereta. “Dikarenakan ada rel yang anjlok…” tutur suara operator yang kaku itu. Jika dua puluh menit lagi aku belum naik kereta, sudah dipastikan aku akan kena marah bosku lagi.

[Cerpen] Tanah

SuaraKita.org – “Tuhanku, apabila ilalang telah tak ada tak memiliki tanah sebagai rumah tempat tumbuh, lantas aku dan dia mesti berjalan menyusuri apa. Kami tak hendak menyusuri dinding dan aspal!”