Search
Close this search box.

Acara perayaan “gay pride” di Kenya merupakan bagian dari kebijakan pemerintahan Obama untuk menghapuskan diskriminasi terhadap komunitas lesbian, gay, biseksual dan trans-gender (LGBT) Perayaan serupa  juga diadakan  di kedutaan-kedutaan besar  Amerika di seluruh  dunia.  Desakan untuk meningkatkan  hak  LGBT itu  dilakukan setelah  dicapai beberapa kemenangan para penganjur hak  kaum gay  di Amerika selama setahun ini.

Ini termasuk  keputusan Presiden Amerika Barack Obama untuk mencabut  kebijakan “Don’t Ask, Don’t Tell” yang  mempertahankan   kaum gay tetap  bertugas secara terbuka  dalam kemiliteran Amerika,  dan  dukungannya secara  umum  bagi  perkawinan   sesama jenis  bulan ini.

Presiden Obama berbicara dalam resepsi LGBT di Gedung Putih, 15 Juni, 2012
Presiden Obama berbicara dalam resepsi LGBT di Gedung Putih, 15 Juni, 2012
John Haynes, pejabat  hubungan masyarakat di kedutaan Amerika,  membuka  acara tersebut.

“Pemerintah Amerika  telah menjelaskan  bahwa  mendorong    hak asasi bagi  orang-orang LGBT  menjadi pusat  kebijakan HAM kami, di seluruh dunia,  dan penting bagi pelaksanaan kebijakan luar negeri Amerika,” demikian kata Haynes dalam pidatonya.

Bulan Desember lalu  di Jenewa, Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton  berpidato di PBB,  dalam memperingati  Hari HAM Internasional. Ia  menyerukan  konsensus dalam  mengakui  hak asasi warga  negara yang  lesbian, gay, biseksual dan  trans-gender.

“Sebagian orang  mengatakan  bahwa  hak  orang-orang  gay  dan hak asasi manusia  berbeda,  dan  jelas, tetapi sebenarnya  hak-hak itu  satu  dan sama.  Seperti sebagai  perempuan, dan menjadi  golongan  berdasarkan ras,  agama, suku dan etnik, menjadi LGBT tidak menjadikan orang kurang bersifat manusia, oleh karena itu,  hak  orang-orang gay  adalah  juga hak  asasi  manusia,  dan  hak asasi manusia adalah  hak orang-orang gay,” demikian bagian dari pidato Hillary Clinton ketika itu.

Peristiwa-peristiwa   “Pride” atau  “kebanggaan”  dirayakan bulan ini  untuk  memperingati  huru-hara  Stonewell di kota New York  akhir Juni  1969,  yang secara luas dianggap  sebagai  permulaan  gerakan perjuangan  hak  kaum gay.

Di Amerika, bulan Juni ini  penuh  dengan acara  pawai  dan  acara-acara  terbuka  yang mendukung   hak orang-orang gay.  Di Nairobi, kedutaan  Amerika mengadakan pertemuan  yang hanya mengundang  sedikit peserta untuk memperkenalkan  “Gay Pride”  di Kenya.

Ada  keprihatinan sekitar  reaksi masyarakat  terhadap acara tersebut,  karena  budaya Kenya tidak menyetujui  homoseksual dan tindakan homoseksual dapat dihukum menurut undang-undang negara itu.

Dalam  sebuah laporan  HAM tahun 2011,  Departemen Luar Negeri Amerika mendapati bahwa   orang-orang LGBT  di Kenya   mengalami diskriminasi, penahanan oleh polisi, pengusiran, dan  dilecehkan dengan pesan- pesan anti gay lewat sms.

Tetapi, MaqC Gitau,  pemimpin umum Koalisi Gay dan Lesbian  Kenya,  mengatakan,  peristiwa  hari Selasa itu berlangsung tenang, dan   bersejarah.

Para aktivis HAM dan diplomat  yang hadir  dalam  acara di kedutaan Amerika  Selasa pagi itu merupakan bagian  dari  koalisi  yang  memperjuangkan   hak LGBT di Kenya.

sumber : voaindonesia.com