Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Organisasi LGBT dan pendidik menyoroti kebutuhan untuk memungkinkan siswa minoritas seksual di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di Jepang memilih secara bebas seragam yang mereka anggap nyaman dipakai.

Hampir semua sekolah di Jepang mewajibkan murid mereka untuk mengenakan seragam yang didikte secara ketat oleh gagasan gender biner, yakni jaket hitam dengan kerah standar militeristik atau blazer dengan celana dan dasi untuk murid lelaki, dan setelan kelasi, rok lipit dan pita untuk murid perempuan.

Kurangnya pilihan menciptakan situasi yang tidak nyaman dan mungkin traumatis bagi murid yang memiliki ciri fisik perempuan namun juga mengidentifikasi diri mereka sebagai lelaki, atau sebaliknya.

Anri Ishizaki, pimpinan dari Fukuoka Rainbow Educational Networks, mengatakan pada sebuah simposium yang diadakan di Fukuoka untuk membahas masalah yang dialami oleh para murid.

“Seragam sekolah bisa terdiri dari blazer (untuk semua siswa), dengan pilihan antara celana dan rok, pita dan dasi,” usul Anri Ishizaki, yang lahir dengan karakteristik perempuan namun tidak secara jelas mengidentifikasi jenis kelaminnya.

Fukuoka Girls’ Commercial High School semenjak tahun ajaran baru yang dimulai pada bulan April lalu telah membiarkan murid memilih antara rok dan celana tanpa memandang identitas gender. “Kami berhati-hati agar (seragam) tidak memaksa siswa kami untuk melela di sekolah,” kata kepala sekolah Fukuoka Girls’ Commercial High School, Haruo Shibata, dalam simposium tersebut.

Simposium tersebut diselenggarakan oleh kelompok pengacara dari Fukuoka Bar Association dan dihadiri oleh sekitar 180 orang.

Murid LGBT tidak akan menjadi satu-satunya yang mendapatkan keuntungan dari pilihan yang lebih seragam, menurut Takehiko Yoshioka, seorang profesor filsafat hukum dari Universitas Saga.

“Sulit rasanya harus hidup dengan beberapa gagasan tentang ‘maskulinitas’ atau ‘feminitas’. Ada banyak murid yang akan lebih mudah pergi ke sekolah jika mereka bebas berpakaian seperti yang mereka suka, “kata Takekiho Yoshioka. (R.A.W)

Sumber:

Japantimes