Search
Close this search box.

[Liputan] Road Show Film Bulu Mata Ke-2

SuaraKita.org – Ditemani panas terik matahari dan kemacetan Ibu Kota, Tim Suara Kita mengunjungi Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat di Tebet Timur, Jakarta Selatan. LBH Masyarakat menjadi lokasi ke-2 untuk pemutaran film Bulu Mata yang diproduksi oleh Suara Kita. Film yang menceritakan kehidupan waria (Transgender Permpuan -Red.) di Aceh ini, membawa kami pada sebuah diskusi yang seru.

Pertanyaan pertama muncul dari Albert perwakilan LBH Masyarakat, “Perubahan apa yang terjadi setelah penerapan Qanun Jinayat?”

Yudi dari Suara Kita mencoba untuk menggambarkan kehidupan teman-teman transgender di Aceh. “Di Aceh, saat ini sedang ramai kampanye untuk pemilu, jadi banyak sekali yang menggunakan isu-isu ini untuk menarik masa. Dan sekarang teman-teman di sana itu benar-benar tidak diberikan kesempatan untuk membuka salon. Itu susah sekali. Jadi benar-benar ruangnya dibatasi, dan ada beberapa polisi syariah yang memeras mereka.”

Tanggapan berikutnya muncul dari Ricky Gunawan, “Pertama, bagaimana teman-teman waria yang bukan muslim dan tidak memakai hijab? dan yang kedua, tadi ada bagian ketika fashion show itu, apakah mereka mengapresiasi atau mengolok-olok? Karena bagi saya itu terasa seperti sedang mengolok-olok.”

img_9473“Kalau untuk perempuan yang non-Muslim saya belum tahu ya apakah mereka dipaksa juga untuk memakai hujab atau bagaimana, kalau saya sempat datang setelah proses film ini, semua perempuan yang saya temui mereka memakai hijab. Minimal seperti selendang itu, dan berbaju yang longgar. Saya waktu menginap di hotel itu sudah diberitahukan untuk tidak keluar hotel memakai celana pendek.” Jawab Yudi.

Hana, dari GWL-INA, menjawab pertanyaan Ricky tentang fashion show tersebut. “Seperti yang saya bilang di awal, bahwa ada waria yang tidak mengerti apa itu SOGIEB (Sexual Orientation, Gender Identity, Expression, and Body). Menjadi waria itu dari dalam (penghayatan diri -Red.) bukan dari penampilan luar. Sehingga mungkin ia tidak bisa membedakan, mana yang terhibur, mana yang mengolok-olok. Ada temanku yang ketika ditanya seperti pertanyaan itu dia jawab bahwa ‘aku senang melihat orang tertawa’, jadi itu adalah keunikan.”

Hana juga menanyakan, apa yang bisa dilakukan oleh LBH Masyarakat untuk membantu teman-teman transgender yang kesulitan untuk mendapatkan kartu tanda penduduk (KTP), Badar salah satu perwakilan LBH Masyarakat mengatakan, “Jika teman-teman butuh bantuan jika sipersulit KTP-nya, bisa datang ke LBH Masyarakat, kami dengan senang hati akan membantu.” (Esa)