Search
Close this search box.

Ourvoice, Jakarta – May Day adalah hari dimana para buruh sedunia merayakan setiap tanggal 1 may. Pada peringatan May Day tahun 2011 ini, puluhan ribu buruh dan pekerja rumah tangga turun ke jalan membanjiri area bunderan hotel Indonesia menuju istana Presiden jalan Medan Merdeka.

Semua itu dilakukan demi menuntut kenaikan tingkat kesejahteraan para buruh yang sampai saat ini masih banyak yang mendapat penghasilan di bawah standard. Padahal mereka diharuskan memenuhi target sesuai standard yang ditetapkan perusahaan. Sedangkan standard kebutuhan para buruh banyak tidak dipenuhi oleh pemimpin perusahaan. Seperti halnya pemenuhan upah yang layak, serta asuransi kesehatan dan lingkungan kerja yang kondusif.

Berbagai aksi dilakukan para buruh. Mulai dari orasi yang membuat saraf leher kita nampak, spanduk berisikan tuntutan dan sindiran, teatrikal, tarian-tarian dan nyanyian anti kapitalisme, sampai pada aksi pembakaran muncul dalam May Day tahun ini. Semua ini dilakukan demi menggelitik para pemimpin negara yang selama ini mengobral janji-janji palsu, namun bungkam dalam melakukan tindakan.

Walaupun mendapat perlakuan yang kurang layak, para buruh masih termasuk beruntung. Karena dapat bekerja di sektor formal. Bagaimana dengan kelompok transgender? Jangankan untuk mengais rezeki di area pabrik. Bekerja di sektor informal pun, mereka masih mendapatkan banyak kesulitan. Semua itu disebabkan karena kurangnya informasi masyarakat akan keberagaman seksualitas dan identitas gender. Masyarakat banyak yang tidak tahu kalau homoseksual dan transgender adalah manusia normal.

Di hari buruh sedunia, minggu 1 may 2011. Sepuluh waria dari Jakarta ikut meramaikan May Day di depan istana Negara. Dengan bermodalkan alat musik seadanya, mereka bergandeng tangan membawa spanduk bertuliskan “Kami Juga Pekerja”. Berlenggak lenggok layaknya super model menjelajahi area monas sambil membawa payung. “Waria adalah manusia, waria juga bisa bekerja” itulah yang diungkapkan Cathrine, salah seorang waria yang ikut beraksi.

Tidak hanya kelompok waria, karier kelompok gay dan lesbian juga akan terancam jika orientasi seksualnya diketahui oleh banyak perusahaan. Andi, gay berusia 45 tahun terpaksa menghentikan kariernya yang dibangun selama belasan tahun hanya karena teman kerjanya mengetahui dia berpacaran dengan seorang pria.

Yudith, butch (perempuan maskulin) berusia 28 tahun harus merubah identitasnya menjadi feminine demi bekerja di lembaga pemerintahan. Karena pegawai negeri sipil melarang seorang homoseksual untuk bekerja. Negara kita masih belum bisa melindungi hak kelompok homoseksual dan transgender. Cathrine, Andi dan Yudith adalah contoh kasus dari segelumit masalah yang dihadapi kelompok LGBT dalam bekerja.

Sampai kapan Negara kita akan terus mendiskriminasi seseorang hanya berdasarkan identitas gender dan orientasi seksualnya? Semua itu bisa kita jawab jika kelompok LGBT sadar akan haknya, mau menunjukkan eksitensi diri dan bisa membuktikan kalau kita mampu bekerja sama halnya kelompok hetero. Selamat hari Buruh.

Oleh : Rikky