Search
Close this search box.

Surat Klarifikasi Suara Kita Direspon Oleh KPAI

Surat Klarifikasi Suara Kita Direspon Oleh KPAI
Surat Klarifikasi Suara Kita Direspon Oleh KPAI

Suarakita.org- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengundang Suara Kita (SK) perihal surat SK yang meminta klarifikasi atas pernyataan ketua KPAI yang sangat homophobia (kebencian pada homoseksual), yaitu menyamakan homoseksual dengan pelaku paedofilia, Jum”at, 9/5/2014.

Sebelumnya, 28/4/2014, Suara Kita melayangkan surat klarifikasi kepada KPAI yang kemudian mendapatkan respon untuk diundang berdialog dengan pihak KPAI. Walau surat SK ditujukan khusus kepada ketua KPAI, Asrorum Niam Sholeh selaku pihak yang paling bertanggungjawab, tetapi yang menerima team SK justru wakil Ketua I KPAI, Dr. Budiharjo, Bsc, M. Si. bersama Robert (staff KPAI). Sedangkan dari team SK yang hadir, Hartoyo (Ketua SK), Yatna dan Sussan (Staff SK), Veryanto Sitohang (Aliansi Sumut Bersatu) dan Myra Diarsi (Aktivis Perempuan).

Dialog awalnya sempat “tegang” ketika pihak KPAI tidak mengakui kesalahan pernyataan ketua KPAI. Tetapi bapak Budiharjo kemudian meminta maaf secara pribadi maupun secara kelembagaan (KPAI) atas pernyataan ketua KPAI. Saya secara pribadi maupun secara kelembagaan meminta maaf atas ketidaknyaman teman-teman terhadap pernyataan ketua KPAI, ungkap Budiharjo kepada team SK.

Saya sendiri belum membaca surat dari SK kepada KPAI, tetapi pak Ketua sendiri sebenarnya bersedia bertemu teman-teman SK tetapi waktunya belum tepat karena SK (baca Hartoyo) masih sangat marah dengan beliau, ungkap Budi kepada team SK.

Wah rupanya tukang menuduh juga ya, ketua KPAI, ungkap Myra Diarsi memotong pernyataan Budi. Kenapa harus takut bertemu dengan SK padahal kami mau dialog kepada KPAI. Saya ini heran ya dengan mekanisme KPAI, ketua KPAI tidak mau bertemu dengan kami, sekarang yang bertemu dari KPAI wakil ketua yang belum membaca surat dari SK, maksud loh?, tegas Myra sambil tertawa.

Ketegangan dialog akhirnya mencair ketika SK menjelaskan maksud dan tujuan mengapa kami datang dan mengirimkan surat kepada KPAI. Kami sangat prihatin atas pernyataan ketua KPAI pejabat publik yang sangat tidak pantas dan menunjukkan rendah pengetahuannya, ungkap Myra menegaskan. Kemudian pernyataan itu ditegaskan kembali oleh Veryanto Sitohang, bahwa KPAI ini lembaga Negara yang menggunakan dana rakyat. Kelompok homoseksual juga bagian dari warga Negara yang membayar pajak, semestinya KPAI dapat bekerja tanpa diskriminasi, tegas Veryanto.

Kalau KPAI tidak tahu membedakan antara paedofilia dan homoseksual, sebaiknya tanya kanan-kiri soal itu, bukan asal bicara ke publik tetapi kacau dan menunjukkan ketidaktahuan soal seksualitas, jelas Myra.

Myra Diarsi dan Veryanto Sitohang mengatakan bahwa sebagai pejabat publik harusnya lebih berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan, apalagi jika pernyataan tersebut berdampak/merugikan banyak orang, terutama pada komunitas Lesbian, Gay,Biseksual dan Transgender (LGBT). Misalnya yang terjadi di Cikarang Jawa Barat, Yatna menjelaskan penyataan ketua KPAI mulai berdampak pada komunitas gay terutama pada komunitas gay yang memiliki salon. Ketika Yatna berkunjung kekomunitas yang ada di daerah Cikarang Jawa Barat. Seorang teman bercerita bahwa selama ini ada banyak anak-anak yang memotong rambut disalon-nya mereka datang tanpa ditemani orang tuanya, tapi kini setelah banyak pemberitaan yang menghubungkan paedopilia dangan homoseksual para orang tua anak-anak tersebut mengeluarkan candaan “awas, ya kalo paedopil gua laporin sama polisi”. Dan semenjak itu apabila ada anak-anak yang memotong rambut di salonnya- tirai selalu dibuka, ungkap Yatna.

Budiharjo, menyatakan saya berjanji akan membawa hasil dialog ini ke sidang pleno komisoner KPAI dan melakukan strategi-strategi untuk perbaikan dan penguatan KPAI sebagai organisasi yang berorientasi pada penegakan hak asasi manusia. Selain itu juga ketua KPAI selaku pihak yang bertanggungjawab harus memberikan pernyataan maaf kepada publik atas ketidaktahuannya itu, ungkap Veryanto.

SK sendiri juga menegaskan bahwa alasan utama mengapa kami peduli soal ini, bukan semata-mata karena “sakit hati” tetapi kami ingin lembaga KPAI sebagai salah satu dari tiga komisi HAM nasional dapat semakin meningkat pemahaman HAM nya. Karena kami peduli, ungkap Myra. Kami tidak ingin KPAI ketinggalan dengan KOMNAS Perempuan maupun KOMNAS HAM soal pengetahuan HAM nya, tegas Myra Diarsi kembali.

Kami dari SK, juga sangat terbuka berbagi pengetahuan khususnya tentang isu homoseksual kepada KPAI untuk perbaikan kedepannya, ungkap Hartoyo.

Berikut latar belakang mengapa SK melakukan dialog ini, ketika ada kasus-kasus kekerasan seksual yang korbannya anak laki-laki di sekolah international Jakarta Selatan dan kasus Emon di Sukabumi yang korbannya lebih dari 100 anak laki-laki, ketua KPAI memberikan pernyataan di media yang mengkaitkan homoseksual dengan paedofil. Berikut beberapa pernyataan ketua KPAI yang dilansir beberapa media www.detik.com, tribunnews.com, id.berita.yahoo.com. Tidak cukup sampai disitu, mediapun kian genjar menyandingkan homoseksual dengan paedofilia seperti dalam berita www.republika.co.id.  yang memberikan judul “Jakarta Darurat Gay Dan Paedofilia. Hal ini sangat penting dilakukan klarifikasi karena akan sangat merugikan kehidupan berbangsa. (Hartoyo/Yatna)

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2014/05/Surat-Suara-Kita-KPAI.pdf”]