Search
Close this search box.

[Foto] Makalah Dan Review Kuliah Umum IDAHO Tentang Teori Queer

Jen Katleya (transgender) moderator dalam Kuliah Umum Teori Queer dengan narasumber Rocky Gerung di Fisip UI.
Jen Katleya (transgender) moderator dalam Kuliah Umum Teori Queer dengan narasumber Rocky Gerung di Fisip UI.

Ourvoice.or.id – Beberapa pendapat peserta Kuliah Umum dari mahasiswa Sosiologi Universitas Indonesia (UI) dengan tema “Teori Queer” dengan narasumber Rocky Gerung (dosen filsafat UI) di Gedung C FISIP -Depok, 17 Mei 2013. Kuliah Umum dilaksanakan atas kerjasama Our Voice dengan Pusat Study Gender dan Seksualitas UI dalam rangka peringatan International Day Against Homophobia (IDAHO) yang jatuh pada 17 Mei 2013.

Pendapat mahasiswa Sosiologi ini merupakan tugas “Critical Review” untuk mata kuliah Identitas Sosial Dan Dinamika Global (ISDG) di jurusan Sosiologi UI yang diasuh oleh dosen Lucia Ratih Kesumadewi. Semua mahasiswa mata kuliah sepertinya mengikuti Kuliah Umum Teori Queer ini selain nanti akan ada kuliah lanjutan bersama Hartoyo dari Our Voice tentang gerakan Lesbian,Gay,Biseksual dan transgender (LGBT) di Indonesia maupun global pada 30 Mei 2013.

Berikut pendapat-pertanyaan mahasiswa tentang Kuliah Umum Teori Queer :

“Queer teori berusaha membawa pengalaman ranjang menjadi pengalaman senayan” (Hana Hanifah)

” Hak seseorang atas pengalaman ketubuhan sama pentingnya dengan hak-hak lain untuk diperjuangkan melalui proses politik” (Johan APT)

“Sayangnya dalam kuliah ini masih belum terjawab, apakah LGBT itu sesuatu yang given atau kontruksi?” (Rahmatika Febrianti)

“Identitas tidak pernah final dan selalu berkaitan dengan relasi sosial dan didukung oleh komunitas sosial dan budaya” (Cazadira Fediva Tamzil).

“@Queer perjuangkan keadilan, tidak sekedar untuk mencapai dalam ranah seksual tapi juga politik kesetaraan” (Askabea Fadhilla)

“Indonesia hanya mengenal dua gender, laki-laki dan perempuan, seakan-akan LGBT tidak mempunyai tempat dalam masyarakat Indonesia, inilah dasar perlawanannya”. (Hanifa Maulida)

“Jika LGBT mendapatkan hak sebagai warga negara mungkin akan terjadi masalah baru akibat bervariasinya orientasi seksual” (Satryo Ariwibowo)

“Sebaiknya kelompok LGBT dan non LGBT tidak masuk dalam ranah agama dan logika karena dapat menimbulkan konflik” (Sabil Perbawa)

“Selama manusia hidup tidak ada identitas, yang ada hanya fluiditas/cair, satu hal yang sangat menarik menurut Rhasagita Malist P”

“Study queer sepertinya perlu memiliki konseptual framework yang lebih terperinci”, (Chandraditya.K)

“Bagaimana merealisasikan Teori Queer di Indonesia? wong masalah etnisitas, agama bahkan masalah “perut” saja sulit dicarikan solusi” (Mayang Puti Seruni)

“Queer teori mungkin saja bukan dari ujung perjalanan dari demokrasi tetapi kecairan identitas mungkin saja mampu menciptakan “chaos”, diskriminasi dan intimidasi yang baru” (Panggio Restu W)

“Apakah konsep Queer dapat berlaku universal atau partikular? ” (Andriani Putri Nugrahani)

“Mengapa Queer teori masih ingin mewujudkan intimacy dalam kerangka negara? Apakah ini tidak beresiko atau terjebak dalam konflik yang sama?, ungkap Sasya Amanda M”

“Bagaimana Queer teori dalam konteks negara dapat menjamin hak setiap warga negara?” (Ericks Immanuel)

“Jika Queer teori bersifat menentang seharusnya tidak menuntut demokrasi-negara untuk meyesuaikan tapi muncul sebagai critical theory yang terpisah”. (Caroline W)

“Bagaimana memahami perbedaan Queer dengan LGBT?” (Elida Dwicahyani)

“Demokrasi seharusnya menjadi “alat” untuk mengakomodasi hak-hak identitas seseorang, bukan sebaliknya” (Edy Irawan)

“Bagaimana demokrasi dapat mengakomodir pengalaman  non konvensional diluar heteroseksual, Queer teori menguji itu!” (Yassed Satria)

“Bagaimana demokrasi yang ada saat ini sebagai demokrasi yang kurang memberi kebebasan pada LGBT?” (Fina Desviyanita)

Makalah lengkap Rocky Gerung tentang Teori Queer dapat didowload disini
Disarikan oleh Hartoyo