Oleh: Mia Olivia*
SuaraKita.org – Bertempat di Kabupaten Tangerang (17/05), Perkumpulan Suara Kita, melalui program Inklusi Dunia Kerja yang didukung Free to Be Me dan berkolaborasi dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) serta Disnaker Kabupaten Tangerang, sukses menggelar salah satu pelatihan strategisnya. Pelatihan ini fokus membekali peserta dengan keterampilan dasar seperti penyusunan CV, persiapan wawancara, dan strategi mengenali penipuan lowongan kerja.
Pelatihan ini adalah bagian dari komitmen Suara Kita dalam mewujudkan dunia kerja yang inklusif bagi ragam gender dan seksual, terutama komunitas transgender. Ini merupakan salah satu dari lima pelatihan dasar persiapan dunia kerja inklusi yang diselenggarakan Suara Kita. Empat pelatihan lainnya mencakup komunikasi publik dan etika profesional, keamanan dan keselamatan, financial planning, serta interseksional isu kelompok rentan. Sebanyak 20 peserta dari berbagai komunitas—termasuk Yayasan Wahana Cita Indonesia, Forum Komunikasi Peduli HIV Tangerang Bersatu, dan Yayasan Cita Andaru Bersama—hadir dengan antusiasme tinggi.
Membangun Jembatan Menuju Hak Hidup Layak
Acara dibuka dengan perkenalan mendalam tentang Suara Kita dan berbagai advokasi yang telah dilakukan. Penekanan diberikan pada perjuangan pemenuhan hak hidup layak bagi kelompok transgender, mulai dari akses KTP, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, hingga upaya serius dalam inklusi di dunia kerja.
Materi pertama langsung menyentuh inti permasalahan: penyusunan CV yang efektif dan aman bagi transgender. Narasumber menjelaskan struktur teknis penulisan CV, sekaligus memberikan panduan khusus tentang tantangan unik yang dihadapi, seperti penulisan nama dan nama KTP, serta bagaimana mengubah pengalaman kerja non-formal menjadi poin kuat yang menonjolkan kemampuan diri. Ini bukan sekadar CV biasa, melainkan alat strategis untuk berkompetisi di pasar kerja yang belum sepenuhnya memahami keberagaman latar belakang calon pekerja.
Mewaspadai Jerat Penipuan Lowongan Kerja
Sesi berikutnya membahas isu krusial, yaitu mengenali lowongan kerja palsu/scam dan lowongan kerja berbahaya. Diskusi menjadi hidup ketika beberapa peserta berbagi pengalaman pahit mereka. Ada yang pernah dimintai uang administrasi padahal belum diterima, hingga cerita mengerikan tentang panggilan wawancara yang berujung pada perampasan ponsel dan dompet di tempat sepi. Mirisnya, penipuan semacam ini bahkan bisa ditemukan di acara job fair yang diselenggarakan oleh dinas atau kementerian. Pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan untuk mengenali, melindungi, serta menyelamatkan diri dari ancaman atau kondisi tersebut.
Wawancara: Menghadapi Pertanyaan Diskriminatif dengan Percaya Diri
Materi terakhir berfokus pada persiapan wawancara kerja. Selain tips umum tentang cara menjawab pertanyaan umum, peserta juga diajarkan bagaimana mengenali dan merespons pertanyaan yang bertendensi diskriminatif akibat identitas gender mereka. Sebagai kelompok yang rentan diskriminasi, peserta dikuatkan bahwa mereka memiliki hak untuk menyatakan keberatan dan mengakhiri proses wawancara jika merasa kondisi sudah tidak aman atau tidak nyaman. Ini adalah penguatan penting bagi mereka untuk berdiri teguh dan melindungi diri meskipun posisinya adalah sebagai pencari kerja.
Praktik Langsung dan Inovasi AI
Tak hanya teori, pelatihan ini juga menghadirkan sesi praktik langsung. Peserta diajak membuat CV dan melakukan simulasi wawancara (role play). Antusiasme terlihat jelas saat mereka menggali potensi diri dan merangkai kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pengalaman serta kemampuan kerja. Menariknya, peserta juga diajarkan cara menggunakan kecerdasan buatan (AI) sebagai alat bantu untuk menata bahasa dan menyesuaikannya dengan posisi serta tempat kerja yang dituju dan ini menunjukkan pendekatan modern yang juga dipilih oleh Suara Kita.
Windy, salah satu peserta dari FKTB, mengungkapkan kegembiraannya. “Senang sekali bisa memperbarui ilmu menyusun CV, karena sebelumnya saya hanya tahu cara-cara yang lama,” ujarnya. Ia juga mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya gesture dan eye contact dalam wawancara. Windy berharap pelatihan ini bisa terus berkesinambungan, dengan cakupan peserta yang lebih luas, tidak hanya transgender dan kelompok LGB, tetapi juga masyarakat umum.
Pelatihan ini adalah langkah nyata Suara Kita dalam membuka pintu kesempatan bagi semua individu, tanpa terkecuali, untuk meraih hak mereka atas pekerjaan yang layak dan inklusif.
*Penulis adalah Program Advisor dan Penyusun Modul Pelatihan Dasar Persiapan Kerja