Oleh: Isti Toq’ah*
SuaraKita.org – Dalam perjalanan hidup sebagai seorang pendidik dan aktivis perdamaian, saya merasa beruntung dapat mengenal kisah dan perjuangan luar biasa dari dua sosok transpuan yang menginspirasi banyak orang. Mereka ialah Kak Anggun Pradesha dan Bunda Hendrika Mayora.
Kak Anggun Pradesha: Merangkai Narasi dengan Seni dan Keberanian
Kak Anggun adalah seorang sineas dan aktivis yang telah menorehkan jejak dalam dunia perfilman sekaligus pergerakan sosial. Filmnya “Balek ke Jambi” adalah salah satu karya yang mencerminkan keberanian dan kerinduan akan penerimaan, baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat sekitar. Lewat film ini, Kak Anggun mengajak kita menyelami perjalanan pulang ke akar kehidupan, meski jalan itu penuh liku dan tantangan.
Sebagai seorang transpuan, Kak Anggun juga menjadi suara yang lantang memperjuangkan hak-hak kaum marginal, khususnya kelompok LGBTQIA+. Ia menunjukkan bahwa seni adalah medium yang kuat untuk menyampaikan pesan keadilan, cinta, dan keberagaman. Bagi saya, Kak Anggun adalah simbol keteguhan hati dan keindahan jiwa.
Bunda Hendrika Mayora: Kasih Seorang Ibu dalam Keberagama
Bunda Hendrika Mayora adalah ibu bagi banyak manusia baik yang sering kali merasa tersisih oleh sistem sosial. Ia juga adalah mantan biarawan yang kini menjadi wakil rakyat di Badan Permusyawaratan Desa di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Bunda Mayora menantang batasan-batasan normatif agama dengan kasih yang universal. Dalam pelayanannya, ia selalu mengutamakan cinta, penerimaan, dan kesetaraan. Hal-hal tersebut menjadi nilai-nilai yang sering kali dilupakan dalam diskursus keagamaan.
Bunda Mayora tidak hanya berbicara tentang iman, tetapi ia menghidupinya. Ia membuka ruang bagi mereka yang terpinggirkan untuk merasakan bahwa mereka juga dicintai oleh Tuhan, apa pun identitas mereka. Keberanian Bunda Mayora untuk berdiri tegak di tengah banyaknya stigma adalah bukti nyata bahwa cinta mampu melampaui segala batas.
Pelajaran Hidup dari Mereka
Dari Kak Anggun dan Bunda Mayora, saya belajar tentang pentingnya menerima diri sendiri dan berani memperjuangkan cinta dan keadilan, meskipun tantangan yang dihadapi begitu besar. Keduanya tidak hanya menginspirasi saya sebagai individu, tetapi juga membantu saya melihat bahwa nilai-nilai perdamaian, feminisme, dan spiritualitas dapat menyatu untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Kak Anggun dan Bunda Mayora adalah bukti nyata bahwa keindahan hidup ada dalam keberagaman. Mereka mengajarkan kita untuk terus mencintai, berjuang, dan melihat setiap individu sebagai bagian dari mosaik kemanusiaan yang indah.
*Isti berasal dari Balikpapan, Kaltim, namun kini berdomisili di sekitar Jakarta Selatan. Ia aktif di beberapa media sosial terutama instagram: @buildingpeace dan LinkedIn: Isti Toq’ah.