Oleh: Leonardo*
SuaraKita.org – Tahukah kamu bahwa tanggal 17 Mei menjadi salah satu hari yang bermakna bagi kelompok Ragam Gender dan Seksualitas? Karena pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Internasional Melawan Homofobia, Bifobia dan Transfobia atau dalam bahasa Inggrisnya, International Day Against Homophobia, Biphobia and Transphobia (IDAHOT).
Dilansir dari Wikipedia, konsep mengenai IDAHOT sudah digagas dari tahun 2004. Louis-Georges Tin adalah sosok dibalik tercetusnya hari internasional tersebut. Ia adalah seorang akademisi asal Perancis, sekaligus aktivis yang mendukung gerakan hak-hak gay dan anti- rasisme. Pada tahun 2006, Tin membuat petisi yang menyerukan dekriminalisasi universal terhadap homoseksualitas. Lalu di tahun berikutnya, ia melaksanakan kampanye untuk melawan Transphobia dengan petisi yang berhasil ditandatangani oleh 300 organisasi non-pemerintah dari lebih dari 75 negara.
IDAHOT sendiri pertama kali diadakan pada 17 Mei 2005. Mengapa 17 Mei yang dipilih? Alasannya adalah karena hari tersebut bertepatan dengan hari dimana Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization (WHO) memutuskan bahwa homoseksual tidak termasuk ke dalam penyakit atau gangguan kejiwaan. Keputusan tersebut dinyatakan secara resmi pada tahun 1990.
Mengapa IDAHOT menjadi hari yang bermakna bagi kelompok Ragam Gender dan Seksualitas?
Hal tersebut dapat terlihat jelas dari kepanjangan IDAHOT sendiri. Hari tersebut menandakan perlawanan terhadap homofobia, bifobia dan transfobia. Homofobia dan bifobia adalah sikap atau keyakinan negatif terhadap penyuka sesama jenis, sedangkan transfobia adalah sikap atau keyakinan negatif terhadap kaum transgender. Baik homofobia, bifobia maupun transfobia dinilai dapat mendorong terjadinya pelanggaran yang merugikan secara fisik maupun mental terhadap kelompok ini.
Menurut detik.com, perayaan IDAHOT bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai diskriminasi hingga stigma negatif yang seringkali ditujukan kepada komunitas lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ). Sehingga ke depannya, diharapkan tidak ada laginya pelanggaran yang terjadi dan kelompok Ragam Gender dan Seksualitas mampu mewujudkan hal-hak mereka secara merata dan adil.
IDAHOT pun selanjutnya rutin diperingati oleh berbagai negara dengan tema yang berbeda- beda setiap tahunnya. Salah satu perayaan IDAHOT yang paling berkesan adalah perayaan yang diadakan di Amerika Serikat pada tahun 2015.
Dikutip dari bbc.com, Presiden Barack Obama yang saat itu menjabat memberikan pernyataan khusus dari Gedung Putih yang berbunyi: “Michele (sang istri) dan saya menegaskan lagi bahwa hak-hak kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) adalah hak-hak asasi manusia, untuk merayakan martabat setiap manusia, dan untuk menggaris-bawahi bahwa setiap manusia berhak untuk hidup yang bebas dari ketakutan, kekerasan dan diskriminasi, terlepas dari siapapun mereka dan siapapun yang mereka cintai.” Pernyataan itu selaras dengan tema IDAHOT pada saat itu yakni penghapusan kekerasan terhadap LGBT.
Adapun tema untuk perayaan IDAHOT tahun ini adalah “Tidak ada yang tertinggal: kesetaraan, kebebasan, dan keadilan untuk semua”. Berdasarkan may17.org, tema tersebut diputuskan melalui konsultasi ekstensif dengan organisasi-organisasi LGBTIQ di seluruh dunia. Tema ini memungkinkan akan adanya advokasi dan perayaan dalam berbagai bentuk, baik dari para pembela hak asasi manusia, kelompok masyarakat sipil, maupun jutaan orang yang tergabung pada komunitas LGBTIQ.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah perayaan IDAHOT sudah pernah diadakan? Untuk Indonesia sendiri, IDAHOT baru pertama kali dirayakan pada tahun 2012. Meskipun forum maupun organisasi pendukung kelompok Ragam Gender dan Seksualitas kian bertambah, IDAHOT sendiri masih belum dapat dirayakan secara bebas. Karena sebagaimana kita tahu, di negara ini, kelompok tersebut masih mengalami banyak penolakan. Bahkan menurut Konde.co, penolakan tersebut berasal dari pemuka agama, psikolog dan psikiater, kaum intelektual maupun organisasi masyarakat.
Ditambah lagi dengan banyaknya informasi yang bebas tersebar di media cetak, televisi dan internet cenderung semakin memojokkan kelompok ini. Hal inilah yang menyebabkan kelompok Ragam Gender dan Seksualitas seringkali mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi, diskriminasi, bahkan kekerasan hanya karena identitas mereka. Masyarakat seharusnya ingat bahwa terlepas dari identitas serta apapun orientasi seksual mereka, mereka tetaplah manusia yang patut dilindungi dan dipenuhi hak hidupnya sebagai warga negara.
Semoga saja kasus pelanggaran terhadap hak kelompok Ragam Gender dan Seksualitas dapat mengalami penurunan atau bahkan tidak akan terjadi lagi di kemudian hari. Sudah saatnya, perwujudan hak asasi manusia diperoleh secara menyeluruh oleh masyarakat tanpa terkecuali. Terkhususnya di Indonesia, IDAHOT dapat dirayakan secara bebas. Dengan demikian kelompok Ragam Gender dan Seksualitas tidak perlu merasakan ketakutan atau kekhawatiran lagi akan adanya pelanggaran terhadap hak-hak mereka.
*Penulis asal Medan. Dapat ditemukan di Instagram dengan username @lnardotn16. Penulis memiliki hobi menulis karena itu dapat menjadi caranya untuk menuangkan imajinasi, harapan, dan delusi dalam bentuk kata-kata yang seringkali memang hanya dia yang pahami.
Sumber Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Internasional_Melawan_ Homofobia,_Transfobia_dan_Bifobia
- https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Louis-Georges_Tin?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc
- https://www.detik.com/jogja/berita/d-7324614/daftar-hari-besar-nasional-dan-internasional-mei-2024-beserta-penjelasannya
- https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/05/150517_idahot_2015
- https://may17.org/idahobit-2024-theme/
- https://www.konde.co/2016/05/mari-merayakan-idahot-sudahkan-anda/