SuaraKita.org – Seperti yang kita tahu, Pride Month diadakan pada bulan Juni, tapi mengapa kita merayakan Bulan Sejarah LGBTQ+ di bulan Oktober?
Melansir dari artikel di website Pride and Joy Foundation, alasan Oktober menjadi bulan Sejarah LGBTIQ+ karena bertepatan dengan Hari Coming Out Nasional pada tanggal 11 Oktober dan turut memperingati Pride Parade pertama di Washington untuk hak-hak LGBTQ+ yang diadakan pada Oktober 1979 dan 1987. Tercatat bahwa Amerika Serikat baru secara resmi mengakui Oktober sebagai bulan sejarah LGBTQ+ pada tahun 1994.
Ide Oktober sebagai bulan Sejarah LGBTIQ+ datang dari Rodney Wilson, guru sejarah sekolah menengah pertama gay pertama yang terbuka di Missouri. Wilson adalah pendiri komite koordinasi pertama dan membantu memilih Oktober sebagai bulan untuk sejarah kita bersama dengan anggota awal Kevin Jennings dari Gay, Lesbian and Straight Education Network (GLSEN) dan lainnya.
Sedangkan Pride Month yang dirayakan pada bulan Juni dilatarbelakangi dengan Pemberontakan Stonewall pada 28 Juni 1969, dan menjadi titik balik bagi Gerakan Pembebasan Gay di Amerika Serikat.
Pada tahun 1960-an, Stonewall Inn di Greenwich Village, New York City, adalah klub gay dan tempat aman bagi komunitas LGBTQ. Pada tanggal 28 Juni 1969, polisi New York City menyerbu penginapan tersebut, memicu kerusuhan di antara pengunjung bar dan warga sekitar dengan polisi. Kerusuhan melibatkan ratusan orang dan menyebabkan enam hari protes dan bentrokan kekerasan dengan penegak hukum di luar bar di Christopher Street, di jalan-jalan tetangga, dan di Christopher Park yang berdekatan.
Merayakan Bulan Sejarah LGBTIQ+ di Oktober dimaksudkan untuk menyoroti dan merayakan sejarah dan prestasi orang-orang dari kelompok minoritas gender dan seksual. Menurut GLAAD, “selama tahun-tahun awal, perayaan ini sebagian besar ditandai dengan seruan untuk tindakan dan peringatan. Namun sejak itu, Bulan Sejarah LGBT telah berkembang menjadi upaya terkoordinasi nasional untuk menyoroti panutan teladan dari komunitas LGBT. Sejak 2006, dorongan ini sejauh ini dipimpin oleh organisasi hak LGBT dan pendidikan Equality Forum.” (Esa)