Search
Close this search box.

[Resensi] Seksualitas di Indonesia: Politik Seksual, Kesehatan, Keberagaman, dan Representasi

Oleh: Apriasong Apui*

Keragaman seksualitas manusia di dunia ini merupakan realitas yang tak terbantahkan. Masyarakat Indonesia adalah bagian dari keragaman itu. Buku ini bermaksud untuk menganalisis seksualitas orang Indonesia dari berbagai perspektif sejak era reformasi. Tiap-tiap bab di dalamnya berusaha mengemukakan seksualitas secara spesifik menurut interpretasi para penulis tentang seksualitas.

Istilah seksualitas memiliki banyak makna mulai dari hasrat, penampilan, hingga subjektivitas seksual. Para penulis mengawali pemaparan teori dengan uraian konteks sehingga memudahkan pembaca untuk  memahami teori sesuai realitas.

Buku ini memperlihatkan bahwasanya seksualitas di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kekuasaan (negara, media massa, bidang kesehatan) dalam bentuk pengawasan yang dibungkus dengan pemberlakuan norma-norma pengendali pergerakan kehidupan sosial.

Indonesia adalah negara yang fanatik terhadap heteronormatif sehingga keluarga ideal ialah pernikahan heteroseksual yang menghasilkan keturunan. Bernegara dalam perspektif heteronormatif mengandaikan presiden sebagai orang tua yang mengawasi pengasuhan anak-anaknya melalui berbagai kebijakan-kebijakan tersurat maupun tersirat yang apabila dilanggar akan dijatuhkan hukum formal dan sosial.

Pembentukan subjek seksualitas di Indonesia senantiasa dibarengi dengan moralitas seksual sehingga subjek wajib menghindari perbuatan yang dianggap memalukan dan stigma yang mengecam. Oleh karena itu, muncul kontrol pengawasan untuk mengatur dan mengendalikan perilaku seseorang terutama terkait seksualitas. 

Sharyn Graham Davies mengemukakan konsep “kinships of shame”, yakni pengawasan berdasarkan rasa malu telah dipupuk pada setiap individu sehingga mereka bergerak menghidupi konsep ini. Bersamaan dengan pengawasan ini dibentuk pula ‘tubuh patuh’ yang dipatuhkan melalui kendali terhadap praktik-praktik rutin sehingga esensial subjek terikat pada sistem sosial.

Selain itu, pengawasan ini juga mempengaruhi subjek agar menciptakan aturan dalam diri supaya pengawasan tidak terlihat sebagai sebuah paksaan melainkan murni tertanam dalam diri masing-masing subjek. Pengawasan sangat efektif diterapkan karena dimunculkan atas wacana agama, kesehatan, pendidikan, norma sosial, dan lain-lain sebagai patokan seksualitas yang pantas.

 

Politik seksual publik membentuk perubahan rezim politik di Indonesia

Kelompok-kelompok tertentu terganggu dengan kebebasan perempuan dalam mencapai hak-hak femininnya, serta sangat menentang seksualitas non-heteronormatif. Penolakan ini dinyatakan melalui Undang-Undang Anti Pornografi dan menuntut dominasi seksualitas laki-laki dalam pernikahan, poligami, dan perceraian. Sikap individualis ini sangat ditentang oleh banyak orang Indonesia, termasuk organisasi-organisasi pembela hak perempuan, komunitas LGBT, juga masyarakat yang menjunjung demokrasi.

Pengawasan merupakan mekanisme kontrol yang menghambat tetapi sekaligus memiliki nilai yang positif. Pengawasan dapat menjadi alat demokrasi dan pemberdayaan tetapi hampir semua sistem pengawasan justru menekankan ketidaksetaraan sosial. Buku ini juga mengungkapkan pengalaman perempuan dalam perkawinan poligami yang dikaitkan dengan wacana hukum negara terkait poligami. 

Para penulis sama-sama menyoroti ketimpangan seksual dalam pernikahan poligami, hal ini memperlihatkan bahwa seksualitas adalah aspek fundamental untuk politik poligami sehingga merupakan penyimpangan dari undang-undang perkawinan.

Buku ini juga mengamati kesenjangan dalam penelitian tentang seksualitas di Indonesia. Tinjauannya berpatokan pada data primer terkait makna seksual dan kesehatan seksual. Dalam pembahasannya, para penulis mengemukakan ketakutan akan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, hal ini berdampak pada pilihan seksual dan reproduksi, serta keterbatasan dalam perawatan dan pengobatan HIV/AIDS. 

Menguraikan perspektif perempuan dengan ketimpangan seksualitas dan diskriminasi ekstrem apabila terpapar penyakit HIV/AIDS. Para penulis juga menilik dimensi teori moralitas seksual dan hierarki sosial yang telah memicu kebisuan mengenai kesehatan seksual. Para penulis menghantar pembaca untuk mengkritik bagaimana seharusnya dunia medis menyikapi penafsiran terhadap moralitas seksual dan reproduksi.

Dibahas pula dalam buku ini tentang keragaman seksual yang telah diungkapkan berkesinambungan dengan identitas, hak, stigma, dan agensi terkait keragaman seksual, secara khusus terhadap golongan LGBT. Hal ini secara nyata mengimbau pengakuan akan keragaman dalam seksualitas. Diselipkan juga sebagai refleksi bersama tentang terciptanya ruang-ruang bagi sub-seksualitas yang termarginalkan untuk dapat diterima sebagai bagian dari keragaman seksualitas.

Buku ini sangat menolong para pembaca untuk memahami pembentukan seksualitas di Indonesia, secara khusus subjektivitas yang pembentukannya dipengaruhi politik seksual, kesehatan, keberagaman, dan representasi seksualitas.

Para penulis juga menguraikan berbagai ilustrasi sesuai konteks yang akan memudahkan para pembaca melihat teori yang dikemukakan. Buku ini layak dibaca semua golongan remaja hingga dewasa karena menggunakan kajian berdasarkan fakta-fakta di kehidupan sosial dan politik Indonesia. 

Dengan menyiratkan keberagaman seksualitas pada tiap-tiap bab, buku ini akan membuka pikiran para pembaca untuk mengkritik posisi sub-seksual marginal agar tidak terpaku pada konservatif heteronormatif. Hal ini dimaksudkan untuk membawa para pembaca keluar dari belenggu kontrol pengawasan yang didominasi dengan pengabaian terhadap hak asasi manusia, sehingga para pembaca dapat dengan bijak menyikapi pengawasan demi tercapai pemberdayaan manusia yang menjunjung nilai kemanusiaan.

Buku ini menggunakan bahasa ilmiah yang sekilas terlihat cukup rumit. Oleh karena itu, para pembaca yang awam sebaiknya membacanya kala luang dengan pikiran tenang. Selain daripada itu, buku ini merupakan terjemahan dari bahasa asing sehingga memang cukup komplikatif. Namun demikian, esensi dari buku ini sangat baik apabila dijadikan sebagai acuan untuk memahami seksualitas di Indonesia. Setiap materi yang disampaikan akan mendobrak pemikiran konservatif yang abai, menghadirkan pandangan baru yang sadar akan realitas terkini dari kehidupan sosial masyarakat.

*Penulis adalah seorang Mahasiswa yang tengah menjalankan program magang di Suara Kita.

 

Detail Buku

Editor : Linda Rae Bennett, Sharyn Graham Davies, Irwan Martua Hidayana.

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tahun terbit : 2018

Jumlah halaman : 460 halaman