Search
Close this search box.

Benarkah Keluarga Tempat Terbaik Untuk Masa Depan Transpuan?

Oleh: Hartoyo*

SuaraKita.org – Aku coba mencari cara bagaimana setiap individu transpuan “aman” ketika sakit, saat lansia, bahkan ketika meninggal. 

Dalam situasi itu, banyak yang menyarankan,  “kembali” ke keluarga. 

Apakah keluarga tempat paling aman buat komunitas transpuan ketika mengalami tiga masalah tersebut? 

Banyak kasus begini, saat transpuan muda, kebetulan cantik, punya pendapatan dari beragam aktivitasnya. 

Biasanya untuk bisa “diterima” keluarga atau sebagai cara negosiasi, maka transpuan akan banyak membantu keluarga. Bisa bantu orang tua, sekolah adek, dst. Intinya sampai jadi tulang punggung keluarga. 

Dalam kondisi begitu, biasa transpuan akan diterima keluarga dan punya kuasa di dalam keluarga. 

Tapi setelah berjalannya waktu, umur makin tua, sudah tidak cantik lagi, pendapatan mulai menurun, kedua orang sudah meninggal, adik dan kakak yang selama ini dibantu sudah pada berkeluarga semua. 

Dalam situasi itu, apakah keluarga akan jadi tempat yang aman? Bagaimana pula kalau adik kakak hidup dalam keluarga yang pas – pas an juga, mungkinkan transpuan yang sudah lansia akan dirawat adik-kakaknya ? 

Dari yang aku temui, lansia transpuan umumnya memilih hidup sendiri karena beragam alasan atau berkumpul bersama komunitasnya. Kalaupun ada yang pulang ke keluarga, kondisinya sangat mengenaskan. 

Dari fakta itu, menurutku hal yang paling realitas dikembangkan bagi komunitas transpuan muda;

  1. Mampu mengelola keuangan personal, semaksimal mungkin bisa menabung atau membuat investasi untuk masa tua. Sekecil apapun tabungan masa tua melalui investasi harus dilakukan. 

Bentuknya bisa macam-macam, misalnya tabungan hari tua di BPJS TK, asuransi swasta, tabungan bank, tabungan emas, ataupun saham risiko rendah. 

Dalam konteks ini, ada keterkaitan dengan program pemberdayaan ekonomi ataupun pengelolaan keuangan personal. 

Sebenarnya upaya ini sangat standard bukan hanya untuk transpuan, tetapi untuk setiap orang, bagaimana mempunyai tabungan hari tua. 

Agar saat masa tua punya sumberdaya yang bisa dijadikan modal meneruskan hidup. Mau hidup sendiri, bersama komunitas maupun bersama keluarga menjadi tidak membebani pihak lain. 

  1. Memastikan setiap transpuan memiliki KTP, dan perlindungan sosial, selemah-lemahnya iman jadi peserta BPJS Kesehatan dan BPJS Tenaga Kerja. Sejak masih muda sampai masa lansia, sehingga jika mengalami kejadian akan lebih mudah.  

Program seperti ini bisa dibantu atau didampingi oleh organisasi komunitas sehingga ada proses penyadaran, advokasi, maupun pengelolaan bersama. 

Seperti program jaminan sosial dan adminduk yang sekarang dilakukan organisasi Suara Kita, jadi pembelajaran yang baik. 

  1. Komunitas melalui organisasi transpuan atau sejenisnya dapat membangun sistem perlindungan “alternatif” bagi transpuan, misalnya bisa membuat shelter, mengelola investasi hari tua bersama. 

Kenapa organisasi komunitas juga potensial, karena komunitas lebih memahami kondisi dan kebutuhan transpuan bahkan yang paling personal. 

Menurutku, dibandingkan keluarga dan pemerintah jauh lebih memahami organisasi komunitas dalam melihat kebutuhan setiap transpuan, apalagi ketika masa lansia. 

Tetapi, kerja komunitas ini jangan sampai melepaskan tanggungjawab pemerintah. Harus ada kerja kolaborasi antara upaya organisasi komunitas dengan program pemerintah. 

Sehingga dalam proses ini pelan-pelan dapat mengedukasi pemerintah untuk sensitif pada kebutuhan khas transpuan. 

Sehingga pendekatan mainstream pemerintah, seperti panti jompo yang kurang sensitif pada transpuan, perlawan bisa berubah lebih baik.  

Itulah hal yang semestinya “wajib” dilakukan setiap individu transpuan maupun organisasi yang bekerja untuk transpuan. 

Konsep ini, memang bukan kerja mudah, menurutku cara ini paling realitas dikembangkan dan jauh bermanfaat buat individu transpuan daripada berharap pada program pendekatan kembali ke keluarga atau menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah. 

Jakarta, 9 Desember 2022

*Hartoyo, pendamping KTP dan jaminan sosial bagi komunitas transpuan di Indonesia.