Search
Close this search box.


SuaraKita.org – Tiga orang LGBT Mongolia pemberani menyatakan orientasi seksual atau identitas gender mereka dan meminta sebuah pelukan dari anggota masyarakat.


LGBT Center Mongolia mengorganisir eksperimen sosial di ibukota Ulaanbaatar untuk menandai Hari Hak Asasi Manusia.

Salah satu penyelenggara, Jack Ganbaatar, mengatakan bahwa mereka ingin meningkatkan visibilitas komunitas LGBT.

“Hanya ada beberapa aktivis LGBT dan tokoh trans yang berani menyatakan orientasi seksual dan identitas gender mereka untuk meningkatkan kesadaran dalam masyarakat Mongolia,” katanya.

Seorang lelaki gay, satu lesbian, dan seorang lelaki trans mengambil bagian dalam kegiatan itu. Mereka masing-masing berdiri dengan tanda yang menunjukkan identitas gender atau seksualitas mereka di sebuah persimpangan yang ramai selama 30 menit.

Homoseksualitas adalah legal di Mongolia dan KUHP negara secara teoritis melindungi komunitas LGBT dari diskriminasi.

Tetapi, sikap konservatif berarti kebanyakan orang tetap tertutup.

“Kami gugup tentang bagaimana masyarakat akan merespon,” kata Jack Ganbaatar.

Reaksi yang mengejutkan
Jack Ganbaatar mengatakan reaksi orang-orang ‘bercampur’. Selama satu setengah jam, tercatat ada total 30 pelukan.

Video online juga membangkitkan beragam reaksi.

Ada banyak komentar negatif termasuk ancaman kematian, menurut Jack Ganbaatar. Tapi, beberapa netizen juga keluar sebagai pendukung untuk LGBT.

Namun pada hari itu, reaksi publik terhadap anggota komunitas yang berbeda itu mengejutkan, kata Jack Ganbaatar.

“Orang Mongolia kurang toleran terhadap lelaki gay dibandingkan dengan perempuan lesbian dan orang trans” katanya.

Terlebih lagi, dia juga mengatakan percobaan itu mengungkapkan beberapa kesalahpahaman tentang orang transgender di Mongolia.

Masyarakat umum menganggap  lelaki trans adalah perempuan trans. Perempuan trans adalah anggota paling terlihat dari komunitas LGBT, jelas Jack Ganbaatar.

Kehidupan untuk orang LGBT di Mongolia
Mongolia memimpin jalan bagi undang-undang hak LGBT di Asia Timur. KUHP negara melindungi orang LGBT dari diskriminasi berdasarkan identitas gender atau seksualitas.

Juga relatif mudah bagi orang trans untuk mengubah gender pada dokumen resmi.

Tapi, menurut Jack Ganbaatar, kenyataan bagi LGBT bahwa orang Mongolia masih kasar.

Polisi tidak menangani kejahatan kebencian terhadap LGBT dengan serius. Serangan atas dasar kebencian, sering dibiarkan begitu saja, katanya.

Media dan politisi sering mengolok-olok komunitas. Tidak banyak tokoh LGBT di negara ini.

“Masyarakat hidup dalam ketakutan dan kemungkinan besar untuk tetap tertutup,” katanya. (R.A.W)

Sumber:

GSN