SuaraKita.org – Sebuah survei baru yang dilakukan di lima benua menemukan bahwa 80% perempuan berpikir transgender perempuan harus memiliki hak yang sama.
Untuk survei, Thomson Reuters Foundation mensurvei 1.000 perempuan di Kairo , London, Mexico City, New York dan Tokyo: “Haruskah perempuan transgender memiliki hak yang sama dengan perempuan lain?” 798 perempuan menjawab ya, dengan hanya 37 mengatakan tidak. Sisanya menolak menjawab.
Perempuan di Mexico City menunjukkan tingkat dukungan tertinggi untuk transgender perempuan, dengan 89% menjawab ‘ya’ ketika ditanyai untuk survei, yang dilakukan di jalan-jalan kota antara 13-24 Agustus.
London dan New York adalah yang paling dekat untuk diikuti dengan 87% yang mengatakan perempuan trans harus memiliki hak yang sama di kedua kota. 75% perempuan menjawab dengan tegas di Tokyo dan 62% di Kairo.
Hasilnya sangat mengejutkan bagi Kairo. Sementara survei menunjukkan bahwa lebih sedikit perempuan di sana yang mendukung hak transgender dibandingkan dengan kota-kota lain, survei itu juga menunjukkan bahwa mayoritas perempuan mendukung.
Ini terlepas dari fakta bahwa orang-orang LGBT di Mesir terus menghadapi diskriminasi. Survei Pew Research Center 2013 menemukan bahwa 95% orang Mesir tidak percaya bahwa homoseksualitas harus diterima oleh masyarakat.
Sementara itu, individu gay dan transgender dapat dituntut berdasarkan undang-undang yang melarang prostitusi dan “pesta pora”.
Situasi untuk transgender perempuan juga tegang di Jepang, di mana undang-undang saat ini mengharuskan mereka untuk disterilisasi dan memiliki diagnosis “gangguan identitas gender.”
Namun, seorang ahli hak LGBT di Human Rights Watch, Kyle Knight, mengatakan bahwa ada “perubahan besar terjadi di Jepang” dan mengatakan bahwa hasilnya “sangat menggembirakan.”
Hasilnya juga dapat menjadi kejutan bagi sebagian orang di Inggris setelah sejumlah insiden anti-trans terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Pada bulan Juli, Pride di London dibajak oleh sekelompok orang yang melakukan kampanye anti-trans.
Kelompok ini membawa tanda-tanda dengan slogan anti-trans, sambil mereka membagikan selebaran yang menentang reformasi ramah transgender dalam Gender Recognition Act, dan menyerukan agar transgender perempuan agar dilarang untuk masuk ke ruang perempuan.
Para juru kampanye berbaring di tanah untuk secara fisik menghalangi pawai agar tidak berlanjut, tetapi setelah negosiasi dengan staf Pride diizinkan untuk bangun dan berbaris di sepanjang rute.
Ada sejumlah insiden sejak saat itu, termasuk papan reklame yang baru-baru ini dipasang di Liverpool dengan pesan anti-trans. Papan reklame itu diturunkan hanya beberapa hari yang lalu setelah memicu kontroversi. (R.A.W)
Sumber: