SuaraKita.org – Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yasemin Besen-Cassino dalam bukunya, The Cost Of Being A Girl – bukan usia tua yang menciptakan kesenjangan penghasilan antar gender – karena kesenjangan itu tiba saat seseorang berusia empat belas tahun.
Dengan memilih sampel remaja, Yasemin berharap dapat mengambil sampel celah gaji (pay gap) pada titik yang paling tidak terpengaruh.
“Jika Anda melihat usia awal remaja, mereka tidak memiliki anak, mereka tidak melakukan pekerjaan rumah tangga — mereka memiliki pengalaman yang sama persis, pendidikan yang sama persis,” kata Yasemin.
Namun, apa yang dia temukan adalah bahwa meskipun anak-anak dan remaja telah bekerja sejak usia 12 tahun, pada saat mereka mencapai usia empat belas tahun, anak perempuan tetap menjadi pekerja lepas, anak lelaki menjadi pekerja tetap, dan anak lelaki menghasilkan rata-rata 400 Dollar per tahun dibandingkan dengan anak perempuan yang hanya 266 Dollar.
“Saat kami mensosialisasikan remaja ke dalam angkatan kerja, satu konsekuensi yang tidak diinginkan adalah kami mensosialisasikan mereka ke dalam masalah tenaga kerja.
“Kami mengajarkan mereka bahwa ada ketidaksetaraan gender ketika Anda bernegosiasi dan Anda tidak mendapatkan [apa yang Anda minta], ketika Anda memiliki banyak jam kerja yang tidak dibayar.”
Sebuah daftar yang berisi 8.889 perusahaan di Inggris yang diketahui memiliki kesenjangan upah/gaji antar gender.
6.493 perusahaan membayar lelaki lebih banyak daripada perempuan, dibandingkan dengan 1.213 yang membayar perempuan lebih banyak daripada lelaki.
Daftar ini dirilis oleh situs berita The Guardian. Menurut data mereka, ada satu perusahaan telah berhenti membayar pekerja perempuan pada 22 Februari.
NWN Media Limited secara efektif tidak lagi menggaji setelah tanggal ini, karena kesenjangan pembayaran rata-rata per jam untuk semua jabatan di seluruh perusahaan dalam kelompok surat kabar lokal adalah 85 persen.
Di Indonesia, menurut laporan dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang diterbitkan pada bulan Desember 2016, jumlah perempuan yang menjadi tenaga kerja adalah hampir separuh dari keseluruhan tenaga kerja negara, pekerja perempuan memiliki penghasilan bulanan 19 persen lebih sedikit dibandingkan rekan kerja lelaki mereka pada tahun 2016,.
Satu dekade yang lalu, kesenjangan upah rata-rata antara lelaki dan perempuan Indonesia adalah 40 persen.
Di sektor pertanian Indonesia, di mana pekerja berketerampilan rendah cenderung terkonsentrasi, perempuan mendapatkan kurang dari 45 persen dari apa yang didapatkan oleh lelaki.
Sedangkan di bidang pertambangan, transportasi, keuangan dan real estat, ada perbedaan kecil antara pendapatan rata-rata lelaki dan perempuan.
Laporan ILO juga menunjukkan satu sektor di mana perempuan mendapatkan lebih banyak (71,1 persen) daripada lelaki yaitu di dalam pekerjaan konstruksi, tetapi itu karena sebagian besar lelaki di sektor ini bekerja dalam pekerjaan tingkat rendah.
ILO berpendapat bahwa pendidikan memainkan peran penting dalam menekan kesenjangan upah antara lelaki dan perempuan (R.A.W)
Sumber: