SuaraKita.org – Inisiatif tersebut, yang diluncurkan pekan lalu oleh paritas gereja yang berbasis di New York, Amerika Serikat yang bertujuan untuk membuat LGBT merasa disambut oleh agama.
Mereka menjelaskan bahwa dengan menambahkan glitter ke abu “akan memberi kesempatan untuk menghirup kehidupan segar ke dalam liturgi Anda, menangkap kembali kejutan dalam pesan Kristen, dan menarik orang-orang baru ke dalam ibadah Anda.”
Sebuah penjelasan menambahkan bahwa isyarat simbolis tersebut ingin menggabungkan pentingnya Rabu Abu dan glitter.
“Glitter and abu: kenapa? Abu diibaratkan sebagai sebuah peringatan bahwa kematian dan penderitaan itu nyata.
“Glitter adalah simbol harapan dan perayaan kepada individu dan pendukungLGBTQ.
“Glitter and abu = simbol harapan yang berkilau yang ada di dalam diri kita semua.”
Pendeta Vancy Haywood Jr adalah pendeta senior di salah satu gereja yang berpartisipasi di Raleigh, North Carolina.
Dia enjelaskan bahwa perayaan tersebut untuk menantang gagasan bahwa agama tidak menyambut LGBT.
Dia berkata: “Dunia luar telah mendapatkan pandangan kekristenan ini bahwa Kristus menentang komunitas LGBT.
“Ketika Kristus wafat, Dia wafat untuk semua orang, bukan hanya untuk segelintir orang.”
Vancy Haywood kemudian menjelaskan bahwa nilai inti gereja adalah cinta.
“Ada gereja yang mengatakan, ‘Tidak apa-apa untuk datang dan menjadi bagian dari kami. Kami akan menyayangi Anda, tapi kami masih berpikir Anda perlu mengubah beberapa hal, ‘dan kemudian ada gereja yang benar-benar memeluk cinta Tuhan.
“Jadi, saya pikir penting bagi kita untuk terus berjuang melawan untuk menunjukkan bahwa cinta itu untuk semua orang,” tambahnya. (R.A.W)
Sumber: