SuaraKita.org – Beberapa hari lagi, ratusan atlet akan berkumpul di Pyeongchang, Korea Selatan, untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin 2018, termasuk sejumlah atlet gay dan lesbian.
Tapi bagaimana kesetaraan LGBT di Korea Selatan?
Secara historis, pemerintah konservatif negara tersebut dan populasi Kristen yang besar berarti kemajuan yang lambat: Pada tahun 2013, sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Pew Research mengindikasikan hampir 60% orang Korea Selatan percaya bahwa masyarakat seharusnya tidak menerima homoseksualitas.
Tidak pernah ada undang-undang mengenai aktivitas sesama jenis di Korea, dan usia yang dianggap legal secara hukum untuk melakukan hubungan seksual setara antara heteroseksual dan homoseksual. Tapi menjadi gay masih tabu secara budaya: Mayoritas LGBT masih terkungkung, dan mereka yang melela sebagai LGBT sering didorong untuk menjalani terapi konversi.
“Sebagian besar orang Korea Selatan masih meletakkan seksualitas mereka di ranah privat,” catat Sabrina Constance Hill, seorang transgender perempuan asal Kanada yang tinggal di Korea Selatan selama hampir 13 tahun. “Sementara banyak generasi muda melela ke teman-teman mereka, masih banyak yang menyembunyikannya dari keluarga mereka.”
Seperti negara Asia lainnya, Korea Selatan belum memiliki hukum kesetaraan pernikahan, dan ikatan sipil pasangan LGBT tidak diakui oleh pemerintah. Masih aman untuk beberapa kotamadya, namaun tidak ada perlindungan hukum terhadap diskriminasi. LGBT Korea tidak dapat mengadopsi anak-anak atau secara terbuka mengabdi di militer. Tahun lalu, seorang tentara dijatuhi hukuman enam bulan penjara karena melakukan hubungan seksual dengan tentara lain.
Penyensoran tidak jarang terjadi, dan pemerintah Korea Selatan memblokir aplikasi kencan gay dari toko aplikasi di Korea. Dan kelompok Kristen Seoul’s Anti-Homosexuality Christian Solidarity mengkampanyekan bahwa pernikahan hanya untuk satu lelaki dan satu perempuan.
“Karena gerakan sosial untuk komunitas LGBT menjadi lebih terlihat, pergerakan kekuatan yang menentang juga menjadi semakin kuat,” kata Candy Yun dari the Korean Sexual Minority Culture and Rights Center. “Kelompok pembenci LGBT di Korea mencoba untuk menggulingkan hak-hak kami dan memuntahkan propaganda usang yang menyebut bahwa homoseksualitaslah yang menjadi penyebab AIDS.”
Pengalaman untuk komunitas transgender tidak jauh lebih baik: Dengan beberapa pengecualian, individu transgender Korea Selatan hanya bisa mengubah penanda gender mereka setelah mereka menjalani operasi transisi dan sterilisasi.
Tapi sikap berubah dengan cepat. Terutama di kalangan remaja di negara ini 60% di antaranya mendukung kesetaraan pernikahan. “Walaupun Korea Selatan masih sangat konservatif, ada kecenderungan menuju kesetaraan dan keterbukaan,” kata Sabrina Constance Hill.
Dalam debat di televisi tahun lalu, Presiden Moon Jae-in mengatakan bahwa dia menentang homoseksualitas. Namun pendukung mengatakan dia hanya menyelamatkan mukanya di depan kelompok konservatif. Empat bulan kemudian, sekelompok pembela hak LGBT memenangkan sebuah tuntutan penting yang memungkinkan mereka mendaftar secara sah sebagai sebuah badan amal. (Pemerintah Metropolitan Seoul, Kementerian Kehakiman dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea Selatan telah berusaha untuk mencegahnya)
Pada tahun 2015, penyelenggara acara LGBT Pride tahunan Korea, Queer Culture Festival, harus pergi ke pengadilan untuk membatalkan larangan polisi. Pada 2017, acara tersebut dihadiri peserta yang memecahkan rekor dengan jumlah 85.000 orang.
“Setiap tahun, peserta festival makin banyak,” kata Sabrina Constance Hill. “Sepuluh tahun yang lalu, sebagian besar dihadiri oleh orang-orang di komunitas LGBT. Tapi sekarang lebih banyak pendukung ikut serta. “
Beberapa lingkungan di Seoul, seperti Itaewon dan Hongdae, memiliki klub gay dan yang ramah LGBT, dan Sabrina Constance Hill mengatakan bahwa dia umumnya merasa aman. “Di waktu saya di sini, beberapa pendukung terbesar saya adalah orang Korea. Orang Korea umumnya orang baik … Begitu Anda berada dalam keramahan mereka yang baik, mereka akan membela dan melindungi Anda.”
Representasi media juga berkembang: Sineas Kim Jho Gwang-soo dan aktor yang politikus Hong Seok-cheon adalah pasangan gay yang sama-sama selebriti. Harisu adalah seorang penyanyi pop terkenal dan aktris. Awal bulan ini, Holland, seorang penyanyi K-Pop yang telah melela sebagai gay merilis video musik debutnya “Neverland,” Klip musiknya, yang menampilkan romansa sesama jenis, telah diputar lebih dari 4 juta kali di YouTube. (R.A.W)
Sumber: