Oleh : Dwipa Pangga
SuaraKita.org – Duduk lesehan diatas karpet, Sabtu 10/06, puluhan orang menonton Pemutaran Film Dokumenter “Angka Jadi Suara” (AJS). Kegiatan Pemutaran Film dan Diskusi di SuaraKita kali ini menjadi spesial karena diadakan di bulan Ramadhan 2017, dirangkaikan dengan kegiatan buka puasa bersama teman-teman komunitas Suarakita yang menjalankan ibadah Puasa.
Acara Pemutaran Film AJS dan Diskusi ini merupakan kerja sama dengan FBLP (Federasi Buruh Lintas Pabrik) dan Komunitas Perempuan Mahardhika, menghadirkan film yang mengungkap praktek pelecehan terhadap perempuan buruh pabrik garmen di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung, Jakarta Utara.
Judul Film ini diangkat dari puisi dengan judul yang sama : Angka Jadi Suara, yang dalam baris puisinya berbunyi :
Tangan-tangan kotor itu, membuat kita menggigil
Saat kerja berhenti, karena mesin jahit mati
Mata-mata kotor itu , menjadikan kita terhina,
Ketika tubuh bergerak apa adanya
Mulut-mulut kotor itu menjatuhkan harga diri
Dan dari setiap kata penghakiman Buruk Baik…
Korban pelecehan bukanlah angka
untuk terus dihitung, dijumlah
untuk didata dan dianalisa
Sebab angka telah jadi suara
Korban siap jadi pejuang….
Hadir juga dalam kesempatan ini Jumisih, Ketua Umum Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP), yang merasa bangga dengan hadirnya Film AJS yang merupakan film besutan teman-teman buruh perempuan itu sendiri. Sementara narasumber dari Perempuan Mahardika , Thien Kusna, mengatakan bukan pendekatan yang mudah dengan para korban dari pelecehan seksual ini untuk mau kisahnya di angkat dan di filmkan.
Selama ini Perempuan Mahardhika yang giat di advokasi buruh perempuan mengatakan selain permasalahan umum yang dihadapai buruh, seperti upah layak dan sistem kerja kontrak. Maka salah satu program perjuangannya adalah melawan pelecehan seksual di tempat kerja. Dari diskusi dengan buruh-buruh pabrik memberikan pengetahuan lebih dalam tentang bentuk-bentuk pelecehan dan hambatan yang dihadapi korban. Sehingga makin kuat kepentingan melawan pelecehan seksual di buruh pabrik, khususnya di KBN.
Dalam Film AJS, advokasi ini terlihat dengan mengajukan program tuntutan pemasangan plang atau rambu Stop Pelecehan Seksual , “KBN, Daerah Bebas Pelecehan Seksual” dan pendirian pos pembelaan dikawasan industri.
Seperti biasa setelah pemutaran film diberikan kesempatan teman-teman untuk berdialog dengan narasumber yang hadir. Ada yang bertanya seberapa besar isu pelecehan seksual menjadi agenda dari gerakan buruh Indonesia ?. Dan bertanya lebih lanjut, membaca adanya pemberitaan pelecehan perempuan yang bekerja sebagai asisten rumah tangga sebagai suatu kejahatan yang sering tak diungkap. Menurut Jumisih isu buruh perempuan sudah masuk dalam agenda gerakan buruh nasional dan memang banyak terjadi juga pelecehan yang menimpa asisten rumah tangga, namun banyak korban yang tidak berani menyuarakan hak-haknya.
Diselingi dengan menikmati hidangan buka puasa, diskusi ini masih berlanjut. Ada yang bertanya, dengan adanya pemasangan plang kawasan bebas pelecehan seksual apakah ada sangsi bagi pelakunya? Dijawab oleh Thien Kusna belum ada sangsi hukum namun berharap kedepannya akan ada sangsi yang tegas bagi pelaku pelecehan seksual.
Acara di SuaraKita ini adalah pemutaran ke 25 Film Angka jadi Suara, diberbagai komunitas dan di berbagai kota. Para penonton mengapresiasi hadirnya Film AJS sebagai pintu masuk untuk mendialogkan pelecehan seksual yang kerap terjadi.
Harapannya dengan adanya Film AJS dapat membangun dialog. Dari dialog akan ada simpati dan empati bagi korban. Karena pelecehan bisa dialami oleh siapa saja dan dimana saja baik itu mahasiswa, ibu rumah tangga maupun kelompok minoritas seksual.
Lebih jauh kita menuntut peran negara untuk melindungi hak kita sebagai warganegara. Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) menjadi kepentingan bersama untuk segera disahkan.
Acara ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh moderator yang membacakan puisi Angka Jadi Suara. Untuk mengingatkan agar korban berdaya sebagai pejuang dan sebagai subyek yang berhak menyuarakan persoalan dan haknya.
… sebab angka telah jadi suara, korban siap jadi pejuang…