SuaraKita.org – “Rainbow Riots” adalah album musik yang hasil penjualannya akan dipergunakan untuk amal. Album tersebut berisi kolaborasi musisi-musisi LGBT dari seluruh dunia, termasuk negara-negara yang homoseksualitasnya ilegal, seperti Jamaika, Uganda, dan Malawi.
Artis dan aktivis asal Swedia, Petter Wallenberg menyusun dan memproduksi album tersebut. Dia terinspirasi untuk melakukannya setelah menyaksikan kekerasan brutal anti-LGBTI oleh polisi di festival Uganda Pride tahun lalu. Semua hasil dari album ini akan diberikan kepada badan amal yang didirikan olehnya dengan nama yang sama, Rainbow Riots, yang didedikasikan untuk mengakhiri diskriminasi anti-LGBT di seluruh dunia.
‘Bayangkan bahwa keberadaan Anda adalah sebuah kejahatan dan bahwa polisi, pihak berwenang, dan massa mengejar Anda. Saya menciptakan Rainbow Riots sebagai gerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan melawan tirani.”
Album musik ini terdengar eklektik, dengan unsur afrobeat, elektro, soul, pop, orkestra, rap, dancehall, gospel, dan untaian kata-kata.
“Rainbow Riots” akan menjadi yang pertama dimana orang akan mendengar musik dari seniman Jamaika yang juga merupakan aktivis hak LGBT. Album ini juga akan mengenalkan pendengarnya kepada musik dari penyanyi rap yang juga queer asal Malawi, seorang penyanyi Zulu transgender dan seluruh musisi LGBT dari Uganda – yang sering disebut negara paling homofobik di dunia. Demikian pernyataan di laman milik Rainbow Riots.
Beberapa musisi di album tersebut memilih untuk anonim, namun lirik lagu yang mereka ciptakan sangat kuat. “Hidup kita sudah dalam bahaya – tidak akan membantu jika kita hanya bisa diam,” kata seorang musisi dari Uganda. Album “Rainbow Riots” rencananya akan di rilis pada 16 Juni mendatang. (R.A.W)
Sumber: