SuaraKita.org – Sebuah penelitian pertama yang meneliti tentang bias positif terhadap pencari kerja gay dan lesbian. Khususnya jika perempuan yang menjadi penentu kebijakan untuk mempekerjakan para pencari kerja.
Para peneliti juga menemukan bahwa ketika perekrutnya adalah lelaki hasilnya adalah berlawanan. Kandidat heteroseksual cenderung lebih tinggi kesempatannya untuk dipekerjakan.
Dr Ben Everly dari Sussex’s School of Business, Management and Economics yang memimpin penelitian mengatakan bahwa berdasarkan penelitian tersebut para pemberi kerja juga harus memperhatikan panelis penyeleksi. “Hasilnya menunjukkan bias terhadap gay dan lesbian lebih bernuansa dibandingkan yang lainnya. Keputusan yang diambil oleh tim yang terdiri atas perempuan dan lelaki terlihat memiliki bias yang lebih rendah” katanya.
Dr Ben Everly juga mengatakan bahwa hasil dari penelitian yang dipublikasikan di dalam Journal of Business and Psychology, dapat mempengaruhi kapan dan bagaimana gay dan lesbian harus mengungkapkan orientasi seksual mereka di tempat kerja.
Dalam 2 kali eksperimen, sebanyak 400 orang secara acak diperlihatkan 1 dari 4 Curriculum Vitae (CV) dari lelaki gay, perempuan lesbian, perempuan dan lelaki heteroseksual dengan detil termasuk pengalaman profesional yang sama. Dalam CV tersebut tertera bahwa mereka terdaftar di grup Los Angeles Gay Business Professionals untuk gay dan lesbian, sedangkan yang heteroseksual tertera bahwa mereka terdaftar di grup Los Angeles Business Professionals.
Setelah melihat CV, partisipan penelitian diminta untuk menunjukkan calon mana yang dapat dipekerjakan menggunakan skala 1 untuk sangat tidak setuju untuk 7 untuk sangat setuju.
Perekrut perempuan menghasilkan skor rata-rata 5,21 untuk kandidat gay dan lesbian dan 4,8 untuk lelaki dan perempuan heteroseksual. Sedangkan lelaki menghasilkan skor rata-rata 4,6 untuk gay dan lesbian dan 4.93 untuk lelaki dan perempuan heteroseksual, penelitian ini dilakukan di Anderson School of Management , University of California.
Dr Ben Everly menambahkan, karena perempuan kerap mengalami diskriminasi dan halangan dalam pencapaian karir profesional, mereka menganggap pencari kerja gay dan lesbian lebih kompeten dibandingkan pencari kerja heteroseksual yang memiliki kompetensi yang setara dalam berkarir. (R.A.W)
Sumber: