SuaraKita.org – Diplomat asal Korea Selatan ini dianggap sebagai figur yang kuat selama 10 tahun terakhir, mengendalikan PBB menghadapi konflik-konflik dan ketegangan dalam menghadapi sebuah masalah. Dalam beberapa tahun terakhir Ban Ki-moon telah menjadi pendukung kesetaraan LGBT di PBB, menyuarakan kesetaraan dan membela perlindungan HAM. Dalam masa jabatannya, PBB telah memastikan hak-hak karyawan LGBT PBB di seluruh dunia setara dan menciptakan peran PBB yang bertanggung jawab terhadap hak-hak LGBT.
Menurut mantan Perdana Menteri Portugal Antonio Guiterres, Ban Ki-moon adalah sosok yang sukses sebagai pemimpin.
Dalam pidatonya baru-baru ini, Ban Ki-moon merefleksikan pengalaman pribadinya tentang hak-hak LGBT. Dia mengakui ketika pertama kali memangku jabatannya dia belum tahu banyak tentang tantangan yang akan dihadapinya. Ban Ki-moon belajar sambil mendengarkan fakta-fakta yang kurang baik.
“Setiap tahun, ratusan orang terbunuh, ribuan orang terluka dan jutaan orang hidup dalam bayang-bayang diskriminasi dan penolakan. Cukup banyak pemerintahan yang menolak untuk mengakui bahawa ada pelanggaran hak asasi terhadap LGBT, atau bertanggung jawab mengakhiri pelanggaran tersebut. beberapa negara mengingkari bahwa dalam sejarah mereka memiliki hukuman kejam terhadap LGBT. Saya sangat mengkhawatirkan anak-anak dan remaja yang menjadi korban bully di sekolah, diusir dari rumah atau terpaksa tinggal dijalanan. Hal ini hanya akan berhenti jika negara-negara menjalankan langkah konkrit untuk melindungi LGBT melalui hukum dan kebijakan yang diperbaharui. Ini membutuhkan sikap kepemimpinan dan komitmen untuk bekerja dengan masyarakat yang terkena dampak.
Ban Ki-moon menambahkan “Saya bertanya kepada mereka yang menggunakan argument keagamaan dan budaya sebagai penyangkalan terhadap hak asasi LGBT: Apa yang kalian dapatkan dengan membuat orang lain tidak setara? Apakah agama atau kebudayaan anda sangat lemah sampai-sampai kalian memungkiri kesetaraan orang lain agar terlihat kuat? Tidak ada ruang di abad 21 untuk diskriminasi berdasarkan orientasi seksual atau identitas gender”.
Kemudian Ban Ki-moon melanjutkan “Ada sebuah harga untuk menyuarakan sesuatu. Sebuah harga yang saya mampu saya bayar dengan rasa bangga. Saya sendiri telah banyak dikritik oleh banyak orang di seluruh dunia, oleh negara-negara anggota (PBB). Anda mungkin tidak mengetahui seberapa besar perjuangan saya dan seberapa besar kritikan yang saya dapatkan dari negara-negara anggota. Ketika saya membuat tindakan administratif terhadap pegawai PBB dengan menyamakan gaji dan tunjangan bagi pasangan gay, walaupun di negara asal mereka tidak mengakui hubungan mereka, PBB untuk pertama kali mengakuinya. Tentu saja, banyak pembela hak asasi manusia dipandang jauh lebih tinggi”.
Ban Ki-moon juga menegaskan “Saya akan selalu membela kesetaraan bagi LGBT. Hal tersebut tidak boleh hilang ketika saya sudah tidak lagi memangku jabatan Sekretaris Jenderal. Sikap kepemimpinan itu sangat penting dan tidak butuh jabatan tinggi untuk berbudi luhur. Mari kita mengambil inspirasi dari individu-individu yang mempertaruhkan hidupnya untuk membela hak asasi mereka dan ciptakan dunia yang merdeka dan setara bagi generasi yang akan datang.”
Ban Ki-moon juga mengatakan “Di Dewan HAM PBB, lebih dari seratus negara telah menerima rekomendasi yang bertujuan untuk melindungi LGBT dari diskriminasi. Dalam beberapa kasus, titik awalnya adalah mendekriminalisasi hubungan sejenis. Beberapa tahun terakhir,ada tiga negara lagi yang menghilangkan sanksi kriminal terhadap LGBT sesuai rekomendasi PBB, yaitu Mozambik, Seiselensa dan Nauru. Saya memuji kepemimpinan mereka. Banyak (negara) yang memiliki sebuah hukum terbaru yang menghentikan diskriminasi, menghukum kejahatan atas dasar kebencian dan melarang ujaran-ujaran kebencian. Kami melihat sebuah tindakan baru untuk mengakhiri bullying dan menyediakan pelatihan sensitivitas. Hampir 40 negara mengakui hubungan sejenis secara legal. Beberapa diantaranya memudahkan para transgender untuk diakui gendernya. Kemajuan besar ini terjadi berkat individu yang berani bangkit untuk membela kebenaran”. (R.A.W)
Sumber: