Bungong jeumpa bungong jeumpa megah di Aceh
Bungo teulebeh, teulebeh indah lagoina
Bungong jeumpa bungong jeumpa megah di Aceh
Bungo teulebeh, teulebeh indah lagoina
Lam sinar buleun lam sinar buleun angeen peu ayon
Luroh mesususon messuson nyang mala-mala
Lam sinar buleun lam sinar buleun angeen peu ayon
Luroh mesususon messuson nyang mala-mala
(dinyanyikan dalam nada getir)
Ribuan kupu-kupu hidup di jalan
mencari makan di bawah lampu kota
menadah nanah segala nadah lelaki tak bernama
dituduh pula kami si biang HIV
Sering kaki negara mengejar kami hingga ke kali
memaksa penjara atau perkosa
kuda hukum anti prostitusi, mereka tunggangi sekecang-kecangnya
Mana ada pemerkosa yang pakai kondom
Ahai! Mereka itulah si biang virus
Mereka itulah si biang kematian
Pemerkosa tafsiran agama
yang mengasingkan kami dari kehormatan manusia
Pemerkosa yang menghantui pikiran-pikiran keluarga
melempar kami dari tempat yang paling aman
Pemerkosa hidup bersama
yang membuat kami tak sanggup sekolah
tak ada jalan menjadi pekerja yang mereka anggap terhormat
Pemerkosa aturan negara
yang menjadikan kami pejahat berlipat-lipat
Lam sinar buleun lam sinar buleun angeen peu ayon
Luroh mesususon messuson nyang mala-mala
Lam sinar buleun lam sinar buleun angeen peu ayon
Luroh mesususon messuson nyang mala-mala
(dinyanyikan dalam nada marah)
Dunia yang takut HIV membawa uang berkarung-karung
merayu kami untuk tak jadi penyebar HIV
Mengapa mereka tak datang pada para pemerkosa itu!
Dunia semakin buta
menebar aturan-aturan untuk memusnahkan sesama
mengaku-ngaku beragama sambil menyaingi Pencipta,
Dewi Nova
Pamulang, 20 November, Setiap Tahun.
*Puisi ini dipersembahkan untuk setiap transgender yang sedang memperjuangkan kemanusiannya dan instiusi negara dan agama yang lalai pada kemanusiaan mereka.