Oleh: Diva*
SuaraKita.org – Rinai hujan pagi ini baru saja berakhir
digantikan oleh tirai cahaya yang menyusupi celah-celah awan
Wangi tanah basah menentramkan hati siapa saja yang menghirupnya
Di balik bukit itu, di antara pucuk-pucuk cemara
muncul sebentuk prisma cahaya warna-warni
Membusur sempurna melukisi kanvas langit
simfoni merah-jingga-kuning-hijaubiru-nila-dan ungu
Negeri tempat pelangi bermula
di sanalah perempuan serbuk cahaya itu berada
Parasnya seindah rembulan senja
Wangi tubuhnya seharum pandan
Namun, senyumnya tak lagi seteduh telaga
Sayap-sayapnya retak
Tiga purnama berlalu sejak aku meninggalkannya
Aku masih bisa merasakan kecupan lembut ku di keningnya
“Aku takkan lama”, bisikku pagi itu, sebelum pergi bersama tetes embun terakhir
Butir keperakan jatuh berkilat dari sudut mata indah perempuan serbuk cahaya.
Selirih angin, ia tersedu.
Perempuan serbuk cahaya itu tak ingin menjadi setegar pohon cemara maupun seindah pelangi,
ia hanya ingin bersamaku….sang pengejar bintang.
Takkan Kutukar Cintamu
Betapa kebetulan saat itu
kebetulan yang manis bagai mimpi
mempertemukan kita di sini di negri jauh ini
di sini kita, dua jiwa sesama asing ini
dipersatukan dewi seni
yang membawa kita jauh tinggi
seakan jiwa kita sebuah lagu
mengapung di udara mozart badan di dunianya yang sahdu
kau berkata : betapa dalam matamu,
Kau katakan itu dengan gairah hatimu yang bergema sunyi
karena masing-masing dari kita tidak sendiri
dan di matamu ajakan,
dan di hatiku kemabukan tak terperikan.
Aku hanya wanita sepertimu, maka maafkan ketinggian hatiku
bila bisikanmu membelai hatiku: betapa dalam matamu
namun kemabukan mencekam hatiku,
bila di matamu mengambang bayang bayang cinta
atau ajakan bercahaya.
Aku hanya wanita sepertimu, maka maafkan ketinggian hatiku
Disini aku terbaring bahagia tersenyum sendiri
Siang ada gambarmu, malam ada aromamu
Ketika mataku terpejam ada coretan namamu
Tertawa kecil sendirian melamunkan dunia impian
Dan aku kasmaran, akan kuhirup sayang aroma itu
Sambil berlari mengitari dunia nyata yang terindah
Tak ingin lepas, sampai aku tersadar bangun dari tidur
Karena aromamu telah merajang hariku dalam gelap dan terang
Terlalu berharga dirimu
dan Takkan kutukar cintamu…
*Hubungi penulis melalui email pribadinya di divagalaksi@gmail.com.