[highlight] [/highlight]
SuaraKita.org – Awal tahun ini, sebuah kelompok kecil yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai homofobik diberi kesempatan untuk membuktikan – meskipun teori yang tersebar secara luas bahwa homofobia adalah ekspresi dari homoseksualitas yang ditekan – bahwa mereka sendiri sebenarnya heteroseksual. Dan mereka gagal.
Para peneliti di University of Geneva menguji 38 subjek laki-laki heteroseksual dengan meminta mereka untuk menilai tingkat “homonegativity” mereka untuk menentukan bagaimana kadar antigay masing-masing dari mereka. Kemudian para lelaki tersebut ikut berpartisipasi dalam serangkaian eksperimen foto yang dirancang “untuk mengevaluasi kecenderungan pendekatan impulsif mereka terhadap rangsangan homoseksual.”
Percobaan pertama berupa menunjukkan kepada subyek (lelaki heteroseksual) serangkaian gambar dari pasangan hetero atau gay di tengah layar komputer, dan kemudian berulang kali sosok manusia kecil dalam gambar tersebut bergerak menuju atau menjauh dari pusat gambar beberapa kali. Tes kedua memerlukan subyek untuk menilai gambar pasangan hetero atau gay sementara berapa lama tatapan mereka pada setiap gambar dipantau oleh sebuah alat.
Secara keseluruhan, tes mengungkapkan bahwa “laki-laki dengan skor homonegativity tinggi tampak jauh lebih lama di foto homoseksual daripada di foto heteroseksual,” sedangkan laki-laki non-homofobik melewatkan foto tersebut dengan lebih santai, dengan kecepatan “netral”.
“Untuk beberapa orang homofobik, ada konflik antara reflektif dan sistem impulsif mereka,” kata pemimpin peneliti Boris Cheval. “Mereka menyatakan diri mereka sebagai anti-gay, tapi [disaat yang sama] mereka memiliki daya tarik impulsif menuju rangsangan seks yang sama.” Tambahnya.
Boris sebelumnya mengatakan bahwa hasil ini tidak persis membuktikan pandangan pria homophobic akibat dari homoseksualitas yang ditekan. Tapi dia mengarah sebuah penelitian dari tahun 1996 untuk referensi lebih lanjut. Pada sebuah penelitian tahun 1996 peneliti menunjukkan konten porno gay, lesbian dan heteroseksual kepada 35 orang lelaki homofobik Dan 29 orang non homofobik. Alat kelamin mereka dimonitor ketika melihat konten tersebut. Dan hasilnya menakjubkan. Hanya lelaki homofobik yang menunjukkan peningkatan ereksi terhadap rangsangan homoseksual lelaki. Dan penelitian tersebut menyimpulkan. “Homofobia tampaknya berhubungan dengan gairah homoseksual, bahwa individu yang homofobik adalah tidak menyadarinya atau menyangkal.”
Mungkin penelitian ini menjelaskan apa yang menjadi tajuk berita akhir-akhir ini dimana konten-konten yang terkait dengan homoseksualitas tersebar secara luas di negara-negara anti-LGBT. Sepertinya memang ada homofobik yang diam diam “sedikit” gay (R.A.W)
Sumber