Search
Close this search box.

Gay-Iran-Poster22328068733

SuaraKita.org – LGBT di Iran menghadapi tantangan hukum tidak dialami oleh penduduk non-LGBT. Kedua aktivitas seksual sesama jenis laki-laki dan perempuan adalah ilegal. Hak LGBT di Iran dianggap bertentangan dengan hukum pidana sejak 1930-an. Homoseksualitas adalah kejahatan yang dapat dijerat dengan hukuman fisik atau dihukum penjara, atau dapat dijatuhi hukuman eksekusi mati bila kedapatan memperkosa. Laki-laki gay menghadapi tindakan penegakan hukum yang lebih ketat di bawah hukum daripada lesbian

Setiap jenis aktivitas seksual di luar heteroseksual yang telah resmi menikah adalah terlarang. Sedangkat transeksual di Iran legal dibawah hukum dengan syarat telah melakukan operasi perubahan jenis kelamin. Iran melaksanakan operasi ganti kelamin lebih banyak dari negara lain di dunia setelah Thailand. Operasi ini biasanya sebagian didanai oleh negara. Namun ada beberapa klaim bahwa beberapa laki-laki homoseksual mungkin telah dipaksa untuk menjalani operasi tersebut baik oleh pemerintah dan masyarakat.

Pernikahan sesama jenis dan atau serikat sipil tidak secara hukum diakui di Iran. Keluarga tradisional Iran sering kali memiliki pengaruh kuat yang dalam. Bukan hanya dalam memilih jodoh  bahkan untuk memilih apa profesi mereka, keluarga sering ikut campur . Beberapa LGBT Iran keluar dari rumah karena takut ditolak oleh keluarga, dilecehkan atau diserahkan kepada pihak berwenang. Tidak ada undang-undang untuk mengatasi diskriminasi atau bias kekerasan termotivasi atas dasar orientasi seksual atau identitas gender. Secara resmi, pemerintah Iran percaya bahwa setiap orang adalah heteroseksual dan bahwa homoseksualitas adalah pelanggaran kehendak tertinggi Allah.

Beberapa waktu terakhir secara diam-diam LGBT Iran khususnya laki-laki gay dapat melangsungkan pernikahan dengan bantuan seorang Mullah atau Ulama. Taha  adalah seorang Mullah  atau orang yang terpelajar dalam teologi Islam dan hukum Islam yang kerap melakukan pernikahan bagi pasangan gay di Iran. Namun kemarin Taha yang juga seorang gay harus melarikan diri dari Iran karena selain orientasi seksualnya telah terbuka,  ia juga kerap mendapatkan ancaman pembunuhan karena mendukung pasangan sesama jenis di Iran untuk menikah. Taha untuk sementara tinggal di Istambul sambil menunggu waktu untuk pindah ke negara tujuannya, Kanada.

Akan tetapi aktivitas kehidupan LGBT di Iran tetap berlangsung, walaupun secara diam-diam.  Mereka kerap berkumpul di sebuah tempat untuk sekedar bercengkrama dengan teman-teman sesama LGBT ataupun mencari pasangan. Khusus kalangan menengah atas Mereka kerap menggelar pesta-pesta di tempat privasi yang hanya bisa dihadiri oleh orang-orang terpercaya. Berkat kemampuan ”membayar” polisi syari’ah agar tidak mengganggu, mereka dapat menjalani hidup paralel diluar dari pandangan keluarga, kerabat atau teman-teman mereka. Sementara LGBT dari kelas bawah dan daerah pedesaan, di mana stigmatisasi sering paling parah, mereka jarang memiliki kemampuan untuk bergerak keluar dari rumah sebelum menikah, apalagi meninggalkan negara itu. (Radi Arya Wangsareja)

 

Sumber

BBCWikipediaVocativ