Search
Close this search box.

[Puisi] Hujan yang Pagi & Pengecut yang Usai Mampir

rainy-day-480x300Oleh: Nurdiyansah Dalidjo

Hujan yang Pagi

Suarakita.org – Aku terbangun masih dengan kantuk
Dan kau seenaknya hadir dengan puisi yang tiba tanpa mengetuk
Mungkin itulah takdir bahwa emosi bisa jadi spontan dan tak perlu permisi

Tapi apa kau tahu seperti apa rasanya di awalan hari yang dingin ini?
Saat pagi dicuri mendung
Dan tak kutemukan embun yang terlanjur dilahap hujan
Kau bagai ingin memaki gerimis yang tersisa
Begitu pun kau bisa menikmati memeluk udara yang hampa
Lalu pelangi seolah tak pernah hadir di pagi yang begini

I in my solitude
Feeling tired wit my stood
For this extraordinary broken mood
How I wish to hug that hood
When the rain seems so rude

***

Pengecut yang Usai Mampir

Aku bertemu pengecut
Setelah di jalan kutemukan bangkai anjing membusuk
Sial betul dengan anyir daging dan darah itu
Ia meninggalkan memori tentang luka pada merah yang menghitam
Brengsek!
Kau memang brengsek, anjing!
Kau tahu aku pernah merasa setan hadir setelah anjing melolong lewat tengah malam?
Dingin melapisi sunyi
Seperti waktu mengurung dimensi dalam sepi
Kau tahu itu pula yang kurasa setelah kau pergi?
Meninggalkan sayatan perih tentang bulan yang dimakan raksasa
Ketika malam jadi pekat
Dan anjing-anjing lapar meringsek di antara tong-tong penuh sampah
Mereka mendamba secercah daging sisa
Lantas kau mengingatkanku lagi pada anjing yang berbeda
Dasar anjing!
Kau bahkan tak mampu menjaga liur yang terus menetes
Lidah baumu terjulur
Ia mencium udara dengan nafsu
Kau memburu ranum
Dengan mata itu kau mungkin bisa menipu
Tapi di antara celah bibir yang mengintip
Siapa pun tahu tersembunyi taring yang siap mengigit
Ah, dasar anjing!
Aku ingin mengoyakmu layaknya daging
Untuk kuhisap hangat dalam badanmu menjadi milikku yang sedang dingin
Saat sendiri kuberhadapan dengan hening

Bagikan