Search
Close this search box.

[Opini] Peringatan Transgender Day

Oleh: Siti Rubaidah

Suarakita.orgTransgender Day of Remembrance (TDoR) yang diperingati setiap tanggal 20 November adalah hari untuk mengenang masyarakat transgender yang mengalami kekerasan dan telah dibunuh sebagai akibat dari adanya transphobia. Dimana transphobia adalah kebencian atau ketakutan yang berlebihan terhadap transgender dan jenis kelamin orang yang dianggap tidak sesuai.

Pada tahun 1998, Gwendolyn Ann Smith seorang transgender yang berprofesi sebagai desainer grafis, kolumnis, dan aktivis mengenang pembunuhan Rita Hester di Allston, Massachusetts. Kemudian TDoR diadakan setiap tahun pada tanggal 20 November yang awalnya adalah proyek berbasis web dan kemudian berkembang menjadi hari aksi internasional. Tercatat bahwa TDoR telah diselenggarakan di lebih dari 185 kota di 20 negara.

Biasanya, peringatan hari transgender diselenggarakan oleh pendukung transgender lokal atau organisasi LGBT, dan diadakan di pusat-pusat komunitas, taman, tempat ibadah dan tempat-tempat lain diikuti dengan pembacaan nama-nama transgender yang kehilangan nyawa dari tahun ke tahun dengan berbagai bentuk kegiatan seperti aksi seribu lilin, pertunjukan seni, pembagian makanan, pemutaran film, dan pawai.

TDoR adalah puncak dari Transgender Awareness Week, di mana selama seminggu dari tanggal 14-20 November, banyak individu dan organisasi di seluruh belahan dunia berpartisipasi dalam Transgender Awareness Week untuk meningkatkan penerimaan dan kepedulian masyarakat terhadap nasib kaum transgender.

Peringatan ini dimaksudkan untuk menghormati dan mengenang para transgender yang menjadi korban kekerasan anti-transgender. Sebuah website www.transgenderdor.org memuat daftar nama-nama transgender yang di kenang di berbagai tempat di belahan dunia, antara lain: Melissa Harris-Perry Show (perempuan trans berkulit hitam yang mengalami kekerasan), Clarke (transgender India yang di bunuh di Tampa Florida), Mercedes Williamson (transgender remaja yang dibunuh di Mississipi), dll.

Transphobia ternyata juga muncul dalam peringatan TDoR yang diselenggarakan di Yogjakarta tahun 2014 yang lalu. Sejumlah peserta TDoR di Tugu Yogyakarta diserang oleh orang yang tak dikenal. Aksi yang diselenggarakan oleh Jaringan Perempuan Yogyakarta tersebut didatangi oleh tiga orang laki-laki yang tidak dikenal. Salah satu dari mereka juga mengaku sebagai polisi dan meminta peserta bubar. Melihat kondisi tidak kondusif enam orang peserta aksi dari Jaringan Perempuan Yogyakarta memutuskan untuk pulang. Namun di tengah jalan, mereka dihadang sekelompok orang lalu dipukuli hingga luka-luka. Ada yang ditendang, dijambak, ada juga yang dipukul dengan bambu. Satu peserta aksi sempat diselamatkan oleh polisi saat dipukuli para pelaku.

Sebelum aksi tersebut berjalan memang sempat beredar broadcast message di BlackBerry Messenger (BBM) yang menolak aksi peringatan “Transgender Day”. Dalam pesan itu juga ditulis akan melakukan pembubaran aksi waria, homo, gay, lesbi dan transgender di Tugu Yogyakarta.

Akibat kejadian itu empat korban yang mengalami luka-luka. Al (waria) mengalami luka di bagian kepala, lengan kanan memar, dan retak di jari kelingking. Ber (waria) mengalami memar di tangan kiri dan kepala bagian atas belakang sedangkan Mus mengalami memar di bagian kepala dan wajah. Ha mengalami memar di bagian kepala dan wajah.

Peringatan Transgender Day telah tiba. Apakah masyarakat kita sudah aware dan menerima keberadaan transgender yang juga bagian dari warga negara Indonesia ? Ataukah transphobia akan terus menerus menghantui ? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.