Search
Close this search box.
Daniel Butson (kiri) dan  Will Richard (kanan) (Sumber : www.huffingtonpost.com)
Daniel Butson (kiri) dan Will Richard (kanan)
(Sumber : www.huffingtonpost.com)

Suarakita.org- Dua pelajar dari Australia Will Richards (18) dan Daniel Buston (16) membuat bendera pelangi raksasa yang tersusun dari 1000 kentang yang sudah diwaranai sedemikian rupa. Hal ini mereka lakukan untuk mendukung pernikahan sejenis di negara mereka sendiri, Australia.

Ricards dan Buston adalah pengusaha jasa pengiriman pesan menggunakan kentang yang diberi nama Potato Messenger, jasa pengiriman pesan 140 karakter dengan media kentang yang siap dikirim ke seluruh penjuru Australia hanya dengan $10. Sehingga terciptalah ide untuk membuat bendera pelangi menggunakan kentang, karena dengan begitu mereka bisa menyatukan dua isu favorit mereka yakni kentang dan politik.

Mereka menghabiskan waktu selama dua hari untuk mewarnai kentang-kentang itu menjadi enam kelompok warna. Untuk proyek besar ini, mereka menghabiskan biaya sekitar $1,500. Bahkan karena proyek besar ini, mereka berdua sampai beristirahat sejenak dari bisnis mereka.

Richards dan Buston mengatakan kepada BuzzFeed bahwa mereka kesal kepada pemerintah mereka yang enggan untuk merangkul dan membahas Marriage Equality. Meskipun diperkirakan bahwa dua per tiga masyarakat Australia adalah pro Marriage Equality, Perdana Mentri Malcolm Turnbull telah mengatakan dia akan menunda rencana dan akan membahasnya dengan pendahulunya, Tony Abbott, yang mana juga termasuk sistem pemungutan suara terhadap isu tersebut yang tidak akan berlangsung sampai nanti 2017.

“Kami memutuskan untuk menggunakan beberapa bagian dari dana kami untuk mencipatakan sesuatu yang yang memiliki pengaruh besar,” kata Richards kepada BuzzFeed. “Kami percaya keputusan pemerintah untuk memperpanjang Marriage Equality di Australia adalah sesuatu yang tidak adil, dan legalisasi seharusnya secara mudah bisa melewati parlemen.”

Sedikit gambaran, di Australia sendiri, pernikahan sejenis masih dianggap sebagai hubungan de facto union atau sederhananya tinggal di tempat yang sama hanya saja tanpa adanya ikatan pernikahan. Di akhir tahun 2013, same-sex­ marriage sempat dilegalkan sampai pada akhirnya petinggi hukum negara Persemakmuran (Negara-negara yang pernah dijajah oleh Inggris) membatalkan hukum tersebut. Sehingga sekarang pasangan sesama jenis yang ingin melakukan pernikahan terpaksa menunggu sampai sistem pemilihan umum, yaitu di tahun 2017. (Wisesa)

Sumber: www.huffingtonpost.com