Search
Close this search box.

[KISAH] Merelakan Cinta

Oleh : AK*

Suarakita.org- Aku mulai mengetahui bahwa diriku menyukai sesama jenis, saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kota Depok, Jawa Barat. Umurku belum genap lima belas tahun, dan apa yang aku rasakan begitu aneh. Tidak biasanya aku seperti ini, aku merasakan sebuah perasaan berdebar ketika bertemu dengan teman laki-laki sekelas ku. Ada teman sekelas ku panggil saja Xander.

Dia mempunyai perawakan yang tinggi, hitam manis, dan atletis (ya mungkin karena dia adalah seorang atlet sepak bola). Setiap kali aku bertemu, bahkan berbicara aku tidak bisa memandang dia secara langsung karena aku malu dan merasa tidak mempunyai keberanian. Padahal saat itu aku adalah seorang wakil ketua osis. Namun, entah kenapa aku merasakan hal yang tidak biasa untuk berbicara dengan seseorang. Biasanya aku dapat menjabarkan semua jawaban dari pertanyaan orang-orang dengan lantang, sekarang hanya duduk diam menurunkan kepala dengan sedikit menengok ke kanan dan kiri serta dengan suara kecil.

Aku semakin bingung kenapa ini terjadi. Waktu pulang sekolah aku bermain sebuah game online di warnet dekat rumah ku. Di sela-sela meng-upgrade game tersebut, aku menyempatkan membuka situs porno. Aku terlarut dalam film tersebut. Hingga tak sadar tangan kanan ku terus menggerakan mouse, dan akhirnya “klik” tiba-tiba ada sebuah video yang isinya terdapat sepasang kekasih sesama jenis sedang bercumbu. Awalnya aku merasa begitu jijik, bahkan ingin muntah. Namun lama-kelamaan aku menikmati adegan demi adegan yang mereka perankan.

Setiap pulang sekolah aku selalu pergi ke warnet untuk bermain game online, dengan menyempatkan diri untuk membuka situs tersebut kembali. Mungkin karena terbiasa, dan sering melihat adegan sesama jenis. Kini aku mulai penasaran, bagaimana rasanya dan apakah mereka menikmatinya. Setiap malam aku terus memikirkan seperti itu, memikirkan teman ku yang bernama Xander. Aku menggunakannya sebagai imajinasiku. Tingkat rasa penasaranku semakin besar, dan memikirkan “Bagaimana rasanya jika pacaran dengan cowok.”

Saat itu aku sedang menjalin hubungan dengan teman perempuan satu sekolah. Hubunganku sudah berjalan selama kurang lebih satu tahun. Saatku memikirkan hal tersebut, aku merasa heran. Kenapa hal tersebut dapat terpikirkan oleh ku, apakah aku sudah tidak waras atau bagaimana. Namun, tiap kali pikiran itu datang kembali aku mencoba untuk membuang jauh-jauh dan mencoba menghilangkannya dengan bertemu pacar perempuanku.

Semakin hari, aku semakin penasaran hingga aku membuka gambar di google, gambar sepasang kekasih sesama jenis begitu romantis. Aku merasakan iri, penasaran dan bingung karena apa yang kurasakan saat ini. Beberapa lama kemudian, aku mencoba untuk membuka facebook (waktu itu masih zaman facebook). Ada beberapa grup yang isinya orang-orang penyukai sesama jenis, dan ada yang posting juga foto mereka dengan pasangannya. Pertanyaanku muncul “Bagaimana mereka bisa mendapatkan seorang kekasih dan mengetahui kalau mereka saling tertarik, karena ini Negara indonesia. Di Negara Indonesia pernikahan sesama jenis pun dilarang. Jangankan pernikahan, untuk pacaran sesama jenis di tempat umum mungkin bisa di rajam masyarakat. “

Akhirnya aku mencari tahu, akan hal tersebut melalui browsing. Tak lama kemudian aku menemukan beberapa aplikasi dan website yang mempermudah untuk berkenalan dengan orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Aku mulai membaca setiap review dan cara mempergunakannya. Dan aku memutuskan untuk mendownload aplikasi yang bernama “grin**r”. Aku mulai mengisi semua form, namun waktu itu aku isi umurku di usia 18 tahun (karena hanya usia 18 tahun yang dapat memakai aplikasi itu). Setelah semua form terisi aku mulai login, ternyata banyak sekali orang-orang yang sama di dekat rumahku. Aku bingung untuk menggunakannya (masih kagok). Tiba-tiba “Trriiinnggg”, suara notifikasi ada pesan masuk.

“Hai”, saat kulihat, ternyata seseorang menyapa ku.

“Iya, hai juga”

“Apa kabar, namamu siapa, tinggal dimana, umur berapa”

“Loh kok tiba-tiba nanya kabar, kita aja belom pernah ketemu yeee ._.”, jawabku.

“Oh iya ya, hehe maaf maaf”

“Hahaha,iya iya gapapa kali”

“Nama mu siapa”

“Nama gue AK”

Sebenernya saat itu aku menjawab dengan nama lengkap, namun karena di cerita ini, sebut saja nama ku “AK” dan dia “Thfy”.

“Hey salam kenal ya. Gue Thfy”, Lanjut dia.

“Oh iya iya. Salam kenal juga ya.”

Mulai dari obrolan singkat melalu aplikasi tersebut, akhirnya aku dan Thfy bertukaran pin blackbery messenger (BBM). Kami pun mulai akrab.

Setiap saat, aku dan Thfy selalu balas-balasan pesan BBM. Hingga akhirnya Thfy mengajak untuk kita bertemu di rumahnya. Aku kaget dan sangat gugup karena sebelumnya tidak pernah bertemu dengan seseorang yang aku kenal melalui sosial media dan seseorang itu suka sesama jenis juga.

Waktu itu aku ingat sekali, pertama kali kita bertemu adalah hari Rabu. Setelah panas-panasan pulang sekolah aku langsung menuju rumahnya yang sedikit jauh dari rumah ku.

“Dimana, udah di depan gang. Terus kemana lagi”, aku membalas BBM dia.

“Iya udah tunggu di situ ya, OTW”, balas dia

Tak lama kemudian ada seseorang dengan perawakan tinggi, hitam manis, dengan kacamata, senyum lebar, dan celana pendeknya, melambaikan tangan ke atas.

“Liat ke depan, itu aku”, tiba-tiba pesan BBM masuk.

“Ohh I see. Oh oke deh.”

Akhirnya kita bertemu, dan untuk pertama kalinya aku bertemu dengan seorang cowok yang menyukai sesama jenis juga. Dan saat memasuki rumahnya kakiku bergetar kencang mungkin karena grogi. Dan suaraku menjadi kecil seperti ada yang mengganjal di tenggorokan ku.

“Minum apa? Santai aja kali enggak usah tegang bocah. Haha”

“Apaan aja dah. Yee biasa kali haha”

“Lo serius masih smp?”

“Iya, kenapa emang?”

“Kaget aja gua, haha secara lu masih muda dan udah mau ketemu-ketemu sama orang.”

“Yeee, ini juga first time masssss.”

“Oh iya gua lupa.”

Obrolan kita semakin larut, mulai dari membicarakan hal-hal dasar perkenalan, hobi, kesukaan, sampai kebiasaan buruk. Tawa, canda, ngotot-ngototan larut dalam suasana tersebut. Dan tak terasa hari sudah sore.

“Eh gua balik ya. Udah sore nih, nanti lanjut lagi ya cerita-ceritanya.”

“Oh iya lu kan masih anak kecil, ahahaha…, ya udah hati hati ya.” Sambil mengantarkanku ke depan pintu gerbang, dan tiba-tiba elusan tangan ke kepala ku dari tangannya terjadi.

“Hati-hati yeee”, lanjutnya.

“Iyyeee bawell.”

Obrolan kami semakin larut, semakin hari semakin akrab, dan kami lebih sering ketemu. Hingga waktu itu aku datang ke rumahnya.

“Misi, Thfy.”

“Eh lo. Masuk”

Pas aku masuk, tiba-tiba aku diajak ke lantai dua dan di tangga ada bunga-bunga

“Ehhh ini apaan berantakan banget”, cetusku

“Kepo banget lo. Udah ikut gue aja sini. Nah lo duduk situ tunggu yeee”, jawab dia.

Tak lama kemudian, Thfy dateng menghampiriku dengan membawa sebuah bucket bunga, cokelat dan membacakan puisi yang bait terakhirnya yang masih dapat aku ingat saat ini, yaitu: Tak banyak kata lagi, tak banyak mau. Ya mau ku hanya ingin jadi pacar mu. Apakah kamu mau menjadi pacarku ?

“Hmmm, tapiiiii kita kan sama-sama cowo, dan bagaimana jika kamu liburannya usai?”

“Oh begitu, gini loh kita juga udah tau kan satu sama lain, aku udah nyaman sama kamu dan kamu juga begitu kan sebaliknya. Dan masalah itu, aku kan rumahnya di depok pasti bakalan balik lagi lah ke depok.”

Jadi, thfy itu adalah mahasiswa semester akhir yang lagi menyusun skripsi, dan dia pulang ke depok untuk menyusun skripnya serta liburan juga. Dia kuliah di universitas negeri terkenal di Jawa Timur.

“ Ohh begitu…”, jawabku.

“Begitu apanya, mau atau enggak?”

“Iyaaaa iyaa mau, tapi aku baru pertama kali pacaran sama cowo, hehe…, maaf ya. Ga papakan.”

“haha iya, kita sama-sama belajar ya dan aku juga baru pertama kali pacaran sama cowo hehe….”

Setelah acara tembak-tembakan, aku memeluknya erat. Seperti tak percaya apa saja yang baru terjadi. Aku terlarut dan pelukan hangat, merasakan sebuah kebahagiaan. Dan merasakan sebuah sesuatu yang beda.

Btw, aku sudah putus dengan pacar ku yang cewek. Jadi its okey untuk punya pacar lagi walaupun pacarannya sama cowok akhirnya hehe….

Setiap hari kami menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama, bercerita hal-hal seru. Sampai membicarakan sebuah cita-cita dan rencana kehidupan selanjutnya.

Be kamu mau jadi apa sih kalau nanti besar, dan mau masuk SMA mana ?” tanya Thfy.

“Aku mau jadi dokter Bi, mau lanjut di … (SMA Negeri di kota Depok). Kamu gimana skripsinya udah sampai mana dan berapa lama lagi?” kataku

“Wahhh jadi dokter, nanti kalau aku sakit ada yang rawat dan enggak usah bayar mahal segala, hehe…. Aku udah dikit lagi kok skripsinya dan minggu depan aku juga mau balik ke kampus. Kamu jangan nakal ya dan tetep kontakan, aku cuma sebulan kok di sana, abis itu balik lagi. Kamu jangan nakal ya . inget komitmen kita.” ujarnya.

“Hah? Balik ke sana Be ? Aduh bakalan kangen nih, ya udah kalau begitu, tetep kontak ya. Dan kamu juga jangan nakal”, jawabku.

Sebelum Thfy balik kampusnya handphoneku rusak, karena tertindih saat aku tidur. Dan aku langsung bergegas ke rumahnya untuk memberitahu.

“Hey Bi gimana udah dipacking semua?”

Aku masuk ke dalam terasnya dan ternyata dia lagi duduk di depan.

“Lohhhh kamu ngapain disini Be, udah pulang sekolahnya? nanti ‘kan ada les dikit lagi. Udah beres semua kok tinggal cuss aja hehe…”, jawabnya.

“Hehe iyaa maaf, aku Cuma mau ketemu kamu sebelum berangkat hehe…. Sebulan itu lumayan loh…, hehehe…, dan handphoneku rusak Bi layarnya. Nanti kalau ada apa-apa kita chat via DM (pesan pribadi via twitter – red) aja ya.”

“Loh kok bisa, hati-hati dong mangkanya…. Ya udah yuk masuk, sekalian peluk dulu abis itu kamu les ya.”

“Yeee peluk peluk. Haha….”

“Ya udah kalau enggak mau.”

“Iyaaa, iyaaa”.

Selama sebulan kita Cuma bisa DM. Kemudian Semua urusan dia sudah selesai. Dari mulai sidang sampai wisuda. Dan akhirnya balik ke Depok.

“Be aku udah di Depok, Kamu ke rumah ya”, pesan di dm masuk.

“Oh iya Bi, hihi…, asik deh ketemu, nanti ya pas pulang sekolah.”

Sesampainya di rumah Thfy, ternyata Thfy udah nunggu di dapan rumah.

“Hai Be, apa kabar?” sapanya sambil memeluk erat.

“Hai Bi, aku kangen hehe”

“Gimana sekolah mu, lancar?”

“Iya allhamdulillah lancar kok, gimana hasilnya kamu ?”

“Allhamdulillah, aku ada berita bagus dan buruk.”

“Apa bi?, berita baik dulunya deh….”

“The good news is aku dapet IP 4,00 dan aku direkomendasikan buat ke Turki”.

“Wah bagus dong. Lah bad news-nya?”

“Hmm, aku minta maaf sebelumnya. Kita harus udahan sampai di sini ya, soalnya aku enggak bisa hubungan jarak jauh.”

“Loh kenapa gitu?”

“Iya aku harus di Turki selama empat tahun dan aku enggak bisa pacaran jarak jauh, dan kita juga ilegal Be”.

“Ya udahlah kalau begitu, kamu janji ya sama aku jangan nakal di sana dan tetep kontakan dan sukses terus buat pendidikannya di sana. Aku berdoa yang terbaik untuk kamu, walaupun harus begini jalannya, i so love you Bi”.

“Iyaaa kamu janji ya sama aku buat terus kejar cita-cita kamu, jangan males-malesan. Love you too Be.”

Setelah mendengar itu aku sangat kaget, karena dari awal tidak ada perdebatan sama sekali.

“Ya udah aku pamit pulang ya, terima kasih untuk selama ini membuat aku bahagia, kejar dan terus cita-cita mu ya Thfy”.

“Iya hati-hati ya, kamu juga ya.”

Beberapa hari kemudian. Aku udah di bandara, kamu baik baik ya jaga kesehatan, kejar terus cita-cita mu. Terima kasih untuk semuanya, semuanya indah terukir dalam kenangan. –Thfy, sebuah pesan singkat masuk ke handphoneku.

“Sama-sama J”, Aku membalas singkat, karena aku masih merasakan kecewa. Dan sampai saat ini kekecewaan itu masih ada, dia mengingkari janjinya. Tanpa kabar di sini aku masih menunggu cerita kesuksesaannya. Walau aku sudah tak bersama dia tapi sebuah janji untuk mengejar cita-citaku akan terus aku kejar.

 

Terima kasih Thfy.

Salam Rindu

AK

 

*Penulis adalah anak muda kota Depok.