Oleh : Nurdiyansah*
Malam datang
Hujan telah usai merampungkan rintihnya
Dan kini tinggal luka yang menganga menampak wujud aslinya
Hawa dingin menyentuhnya bagai kecupan selamat datang
Kulepaskan seluruh baju
Aku telanjang
Semua luka bagai mata yang tengah melotot
Ada borok yang masih merah bagai bayi baru dilahirkan
Ada koreng yang menghitam sebagai pertanda yang akan tersembuhkan
Cermin hanya menampilkan refleksi diri
Bukan kejujuran
Aih, aku merasakah perih
Suara kodok selepas hujan memberitahu tentang apa itu arti malam yang dingin
Setan yang menepi menjelaskan maksud gelapnya malam
Tiada kata yang dapat terukir indah
Melainkan sakit yang menghujam
Selimut bagi kita yang menghadang dan melawan luka
Aku meludah
Kualasi ia di tangan kanan
Kata orang dulu, sembuhkan luka dari ludah
Karena tuhan menciptakan segala hal sepasang
Karena luka berasal dari diri, maka obat pun ada dalam diri
Kutuang ludahku pada satu yang menganga paling lebar dan paling merah
Perih tapi aku tahu ia akan sembuh
Lalu air mata akan mengalir menetes
Menggantikan hujan yang telah reda
Malam dan luka
Seperti karib yang selalu bertengkar
Tapi kurindu ketika keduanya tak hadir bersamaan saat kejujuran hendak menampakkan diri
Jumat, 21 Desember 2012
21:43
*Nurdiyansah adalah penyuka malam, kopi, dan kretek. Bersama kawan membuat portal www.jejakwisata.com dan www.candinusantara.com. Twitter: @nurdiyansah