Dia berdiri
Kakinya berjam tegak
Dari jauh
Dia kelihatan
Mukanya putih seperti muka orang tiga hari mati
Disuntik formalin belum dikubur juga
Bedaknya, aku tak berani menebak berapa senti menebal
Lipstik merah tua, pensil alis biru tua
Ketiak hitam, lengan berotot
Dari pintu aku pandangi
Penasaran, laki-laki jelek mana mau birahi pada badut berjenis kelamin perempuan ini?
Bau parfumnya menyengat
Pinggang besar, perut brankas lemak
Mungkin dia sudah beranak tiga kali
Inikah kupu-kupu malam itu?
Menurutku lebih mirip kecoak wc
Sebab tak nikmat dia di mata
Memaksa sekali penampilannya
Diluar sana
Dia banyak saingan
Banyak perek bidadari
Jadi artis
Dia hanya PSK kelas tukang becak
Hanya menjajahkan kelamin, tidak ada yang lain
Dia cuma punya itu..
Dari remang, banyak nyamuk haus darah
Dia merayu laki-laki kehausan liang
Cukup dua puluh ribu pelanggan puas
Nikmati senggama, katanya surga dunia
Pertanyaan timbul di benak
Apa perasaannya saat ini?
Setelah setiap malam kerjanya bongkar pasang penis
Masih adakah malu di hati?
Adakah sesal di hati?
Atau demi makan dia begini?
Aku ikuti dia pulang ke rumah
Dia tinggal di gang sempit
Samping kanal bau
Kumuh
Petak-petak
Disana
Tiga anak kecil menanti
Manja tertidur
Di atas kasur kapuk tipis melantai
Si Jalang tersenyum melihat anak-anaknya
Pelacur itu mencuci muka menor dengan sabun mandi
Pakaiannya berganti
Kaos oblong, celana pendek
Banyak noda
Di bawah lampu pijar menghitung hasil kerja malam ini
Lembar demi lembar
Banyak duit seribuan
Menghela nafas panjang lelah
Lelah pada banyak hal
Dia janda miskin, pelacur ece’-ece’
Sampah masyarakat, aib keluarga
Tapi dia induk betina
Punya tiga pohon harapan
Air susu, air mata dan keringat
Menyelamatkan hidup tiga dewa
Oleh S. Kalangi