Lagos, Nigeria – Kriminalisasi terhadap kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transjender (LGBT) di Nigeria menyebabkan jutaan dolar untuk penanggulangan HIV-AIDS terhambat. Hal itu berdampak pada sosialisasi kesehatan untuk penyebaran AIDS di negeri itu.
Meskipun Nigeria adalah negara yang kaya akan minyak, namun negara itu berada di urutan kedua tertinggi di benua Afrika yang warganya hidup dengan HIV dan AIDS. Menurut perkiraan PBB, lebih dari 3 juta orang terinfeksi virus HIV di Nigeria dan banyak juga yang tidak mengetahui status mereka.
“Ada sekitar 400.000 orang HIV melakukan therapy anti-retroviral (ARV) di Nigeria saat ini. Sembilan puluhlima persen ARV berasal dari bantuan negara asing,” ungkap dokter kesehatan masyarakat Nigeria, Chikwe Ihekweazu kepada The Associated Press.
Negara yang berpenduduk sekitar 160 juta orang itu sejak pemerintahan kolonial Inggris telah melarang praktek homoseksual. Gay dan lesbian menghadapi diskriminasi dan kekerasan melalui kebijakan negara. Selain negara, kelompok fundamentalis Kristen dan Islam menentang keras homoseksual. Di negara bagian utara Nigeria saja, hukum Syariah Islam yang telah berlangsung selama satu dekade kerap membuat gay dan lesbian dirajam.
Selain itu, parlemen Nigeria telah membuat kebijakan yang melarang pasangan homoseksual menikah. Mereka yang menikah sesama jenis kelamin akan menghadapi 14 tahun penjara. Bukan hanya itu, kekhawatiran juga dirasakan mereka yang mengorganisir, mengoperasikan dan membantu klub-klub gay, mengadakan perkumpulan dan pertemuan, dan yang melakukan advokasi karena terancam dihukum 10 tahun penjara.
“Kami bekerja dengan kelompok LGBT mencoba untuk mengurangi faktor risiko penularan HIV dan AIDS, mendorong setiap orang untuk melakukan hubungan sex yang lebih aman,” kata Meyiwa Ede dari lembaga donor.
“Jika kita tidak bisa bekerja dengan mereka lagi, maka mereka sangat rentan,” ungkapnya lebih lanjut dengan cemas.
Menurut konsulat Amerika Serikat di Lagos, pemerintah USA setiap tahun memberikan dana sekitar $ 308.000.000 dolar ke Nigeria untuk kampanye pencegahan, pengobatan dan dukungan terhadap HIV dan AIDS. Jika dana hibah dikurangi karena kebijakan di Nigeria, maka dikhawatirkan angka orang dengan HIV dan AIDS akan terjadi lonjakan di tahun-tahun ke depan.
(Yatna Pelangi, Sumber: The Associated Press).Anteposuerit eu nonummy id consequat nulla. Veniam autem quam lectores sollemnes te. Feugiat me gothica clari dolore te. Processus typi litterarum non me aliquip. Et aliquam nihil hendrerit qui quam. Dolor typi est fiant laoreet qui. Feugait et eorum feugiat laoreet facilisis.
Ad facit typi nam clari formas. Lobortis lectores praesent aliquam nobis feugiat. Ii diam molestie fiant non et. Nostrud lius ad ipsum eu processus.