[Opini] Membangun Pendekatan Kultur yang Manusiawi
Oleh: Siti Rubaidah Suarakita.org – World health Organization (WHO) telah menghapus homoseksualitas dari daftar penyakit mental (penyimpangan) pada tanggal 17
Oleh: Siti Rubaidah Suarakita.org – World health Organization (WHO) telah menghapus homoseksualitas dari daftar penyakit mental (penyimpangan) pada tanggal 17
Suarakita.org – Dua bulan terakhir, beberapa media cetak secara rutin mewartakan isu-isu hangat terkait dengan LGBT, media-media tersebut antara lain Majalah Gatra dan Majalah Sindo. Tidak hanya sekedar mewartakan, namun juga menjadikan isu LGBT sebagai headline. Momentum ini dijadikan sebagai “ajang tampil” oleh banyak pihak dari yang pro maupun yang kontra terhadap LGBT. Dari pihak aktivis sendiri, mereka menggunakan kesempatan ini untuk mengedukasi masyarakat tentang apa itu LGBT dan juga meralat persepsi-persepsi keliru tentang LGBT yang digambarkan dalam media-media tersebut.
Suarakita.org – Febry Eva Lovina mengenakan ulos berwarna merah dan ungu, berdiri lantang di panggung yang latarnya tertulis Komnas Perempuan.
Oleh : Nikodemus Niko* Suarakita.org – Cinta, lima huruf yang terangkai menjadi satu kata itu seringkali terucap oleh insan manusia.
Suarakita.org – Tepat tanggal 9 Februari 2016 pukul 15:54 kami di telepon oleh pihak pengelola tempat kegiatan Konser Charity: Februari Berbagi, sebagaimana yang ada dalam gambar tersebut menyatakan bahwa kegiatan kami yang semula diadakan pada tanggal 14 Februari 2016 harus dihentikan dan dibatalkan. Dikarenakan pihak pengelola mendapatkan ancaman dari Kelurahan Pleburan atas diselenggarakanya kegiatan tersebut dengan menyatakan bahwa kegiatan kami adalah “Event Valentine LGBT”.
Suarakita.org – Queer adalah suatu konsep atau istilah yang sebenarnya memiliki sejarah etimologis panjang dalam peradaban manusia. Sebelum digunakannya istilah queer, masyarakat sebelumnya menggunakan istilah sodomite untuk menyebut segala perilaku dan orientasi manusia yang dianggap “menyimpang” dalam kehidupan sosial hetero. Penggunaan kata sodomite atau sodom oleh para ahli memang awalnya diambil dari teks-teks keagamaan, namun dalam perkembangan berikutnya konteks keagamaan kata tersebut bercampur dengan konteks sosial dan politik. Harus diakui, sepanjang sejarah manusia, isu-isu atau segala hal yang terkait dengan sodomite/queer di masyarakat dianggap tabu untuk dibicarakan. Barulah pada abad ke-19, khususnya di dunia barat, isu ini menjadi besar untuk diperbincangkan dan diakui secara akademik, sehingga muncul cabang studi tersendiri yang berada di bawah studi ilmu seksologi.