Search
Close this search box.

[Opini] Membahasakan Kekerasan: Analisis Terma ‘Sakit’ dan ‘Belok’

Suarakita.org – Pada percakapan sehari-hari, terma ‘sakit’ dan ‘belok’ kerap digunakan untuk merujuk pada individu dengan preferensi seksual selain heteroseksual. Esai ini menunjukkan bahwa penggunaan kedua kata ini dapat mereproduksi heteronormativitas sebagai ideologi gender dominan. Hal ini dimungkinkan karena dua hal, yaitu: (1)Penggunaan kedua terma ini dapat menjadi wujud kekerasan kultural yang dapat melegitimasi kekerasan struktural, termasuk di dalamnya homofobia, bifobia, dan transfobia; dan (2)Bahasa sebagai produk kebudayaan dapat mengonstruksi, mereproduksi, dan melegitimasi realita yang menjadi world-view individu dalam menafsirkan dunia secara rasional.

[Opini] Surat Untuk Bapak Ganjar Pranowo dan Hendrar Prihadi

Suarakita.org – Tepat tanggal 9 Februari 2016 pukul 15:54 kami di telepon oleh pihak pengelola tempat kegiatan Konser Charity: Februari Berbagi, sebagaimana yang ada dalam gambar tersebut menyatakan bahwa kegiatan kami yang semula diadakan pada tanggal 14 Februari 2016 harus dihentikan dan dibatalkan. Dikarenakan pihak pengelola mendapatkan ancaman dari Kelurahan Pleburan atas diselenggarakanya kegiatan tersebut dengan menyatakan bahwa kegiatan kami adalah “Event Valentine LGBT”.

Letter to Indonesian President Joko Widodo

My name is Hartoyo, I am the chairman of the Board of Committee of Suara Kita Association. Along with many friends, I have been your loyal supporter, since you were the Jakarta Governor until you made it through the long process of presidential election and won the seat of President of the Republic of Indonesia. Suara Kita Association is a social organization that advocates for the rights of gender identity and sexual diversity in Indonesia.

Surat Terbuka Untuk Presiden RI Joko Widodo

Pak Jokowi, saya Hartoyo, ketua dewan pengurus Perkumpulan Suara Kita, sebuah organisasi sosial yang memperjuangkan hak-hak keberagaman orientasi seksual dan identitas gender di Indonesia. Sejak awal kiprah ke dunia politik, minimal menurut saya, bapak menunjukkan kepekaan terhadap keberagaman masyarakat Indonesia. Saya secara konsisten bersama teman-teman memberikan dukungan dan mengorganisir dukungan politik sejak proses bapak sebagai gubernur hingga sekarang menjadi Presiden Republik Indonesia.

[OPINI] Imlek dan Menguatnya Homophobia di Tengah Masyarakat

Suarakita.org – Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Tidak hanya disambut oleh golongan masyarakat Tionghoa saja kini Imlek telah menjadi Hari Libur Nasional. Hal ini bisa kita lihat di beberapa pusat keramaian seperti mall, pusat perbelanjaan dan perkantoran yang memajang ruangannya dengan pernak-pernik lampion berwarna merah yang menjadi salah satu simbol perayaan Imlek.

[Opini] Analisis Gender atas Terorisme Berbasis Agama

Lantas, dimanakah aspek gender dan seksualitas dari kelompok terorisme ini? Ada banyak simbol-simbol seksual di dalamnya. Banyak pelaku pengeboman bunuh diri disebut sebagai “pengantin” dan mereka melakukan misi mereka dengan harapan akan disambut oleh “70 bidadari cantik di surga” setelah mereka mati

[OPINI] Holocaust dan Pelupaan Pada Sang Liyan

Suarakita.org – Sebelum Hitler naik kuasa pada 1933, Berlin merupakan pusat kehidupan gay yang berjalan seiring dengan gerakan pembebasan homoseksual pertama di dunia. Namun, tak lama setelah peristiwa Holocaust meletus, kelompok ini secara sepihak didaulat sebagai tahanan konsentrasi dan menjadi bagian dari enam juta manusia yang wajib dibumihanguskan atas prasangka rasial. Arya, adalah potongan kata yang kala itu sarat akan muatan politis dan berdaya guna melegalisasikan ayat penghilangan nyawa manusia. Di atas karpet merah Partai Sosialis Jerman, Hitler secara sistematis berhasil melenggok sebagai penguasa satu-satunya.

[OPINI] Melihat Kembali Sejarah dan Perkembangan Queer Dalam Ranah Akademik

Suarakita.org – Queer adalah suatu konsep atau istilah yang sebenarnya memiliki sejarah etimologis panjang dalam peradaban manusia. Sebelum digunakannya istilah queer, masyarakat sebelumnya menggunakan istilah sodomite untuk menyebut segala perilaku dan orientasi manusia yang dianggap “menyimpang” dalam kehidupan sosial hetero. Penggunaan kata sodomite atau sodom oleh para ahli memang awalnya diambil dari teks-teks keagamaan, namun dalam perkembangan berikutnya konteks keagamaan kata tersebut bercampur dengan konteks sosial dan politik. Harus diakui, sepanjang sejarah manusia, isu-isu atau segala hal yang terkait dengan sodomite/queer di masyarakat dianggap tabu untuk dibicarakan. Barulah pada abad ke-19, khususnya di dunia barat, isu ini menjadi besar untuk diperbincangkan dan diakui secara akademik, sehingga muncul cabang studi tersendiri yang berada di bawah studi ilmu seksologi.